8 Sistem Sensorik Bayi yang Wajib distimulasi dan diremajakan
Pada artikel sebelumnya, saya sudah menyampaikan bahwa bergerak merupakan kebutuhan anak, namun gerakan seperti apa yang mendukung tumbuh kembangnya? Perlu kita ketahui, sedikitnya ada 8 aspek sistem sensorik yang harus diremajakan atau distimulasi supaya dapat bekerja dengan optimal, diantaranya:
.
1. Sistem Sensorik Proprioception
Sitem sensirial proprioception disebut juga sistem sensorial yang berkaitan dengan gerakan sendi. Orangtua perlu memberikan pengetahuan kepada otak anak tentang bagaimana badan anak bergerak misalnya tekanan saat bejalan, melompat dan lainnya. Sistem sensorial proprioception juga perlu distimulus atau diberikan rangsangan sejak bayi. Seperti yang kita ketahui, semua aspek sensorial manusia berkembang sangat baik mulai usia 0 hingga 12 bulan.
Menuju usia 1 tahun, anak-anak tengah mencari proprio. Sebagai orangtua, kita bisa mensupport setiap aktivitas yang membuat pergerakan sendi anak. Misalnya, saat masi bayi dan belum banyak bergerak, kita bisa memberikan sentuhan dan pijatan lembut pada siku, buku-buku jari, lipatan paha dan kaki, pergelangan tangan dan area persendian lainnya. Lantaran pijatan termasuk dalam proprio input.
Mengapa anak perlu diberikan stimulus Proprioception? Karena anak memiliki kebutuhan bergerak namun tentu saja kita bisa mengarahkan kepada gerak yang bertujuan dan beraturan. Anak harus tau seberapa tenaga yang ia keluarkan untuk menggenggam sesuatu, untuk berjalan bahkan sekedar berdiri.
Ketika anak belajar berguling hingga merangkak, kita harus bisa memfasilitasi kebutuhannya karena ia sedang mengembangkan aspek sensorial proprionya. Aktivitas yang ia lakukan akan sangat mempengaruhi tumbuh kembangnya di kemudian hari. Karena pada prinsipnya, setiap milestone anak akan saling menopang satu sama lain. Misalnya, ketika anak belajar berguling, ia sedang menguatkan bagian pinggang, panggung dan tanggannya. Lalu, ia tengkurap untuk menguatkan tulang punggung dan dadanya. Kemudian, ia menopang setengah badan dengan kedua tanggan, area lengan dan tangan ini pun akan dikuatkan. Yang kemduian, perlahan ia akan merangkan, berdiri dan berjalan. Jika sebelumnya, ia tidak belajar berguling atau merangkak, bagaimana ia bisa belajar menguatkan otot-otot tangannya?
.
2. Vestibular
Disebut sebagai aspek keseimbangan anak yang berhubungan dengan rumah siput didalam telinga. Saat anak masih bayi, orangtua suka menggendong sambil mengayun dengan gerakan kiri-kanan. Lalu, saat ia tumbuh besar, kita angkat ke atas-bawah, atau diajak main ayunan, perosotan dan lainnya.
Aktifitas tersebut memberikan vestibular input atau stimulasi untuk sistem keseimbangan tubuh anak. Vestibular berfungsi memberikan keseimbangan pada anak. Jika pada usia 2 tahun anak sudah bisa bisa berjalan namun mudah terjatuh, bisa jadi sistem vestibularnya kurang terstimulasi.
Atau, anak mudah terpleset pada tetesan air, bukan genangan air. Hal tersebut juga berkaitan dengan sistem vestibular. Ini kenyataan ya, Sebelumnya Nafeesa juga mudah terjatuh, lalu saya stimulasi sensorial vestibularnya setiap hari dan Alhamdulilah, bahkan berjalan pada genangan air pun bisa menyeimbangkan tubuhnya dengan baik.
Anak-anak sudah terlahir dengan indera vestibular, namun perlu diremajakan seiring bertambahnya usia. Jika tidak diremajakan, anak-anak biasanya akan takut saat berjalan. Bahkan bisa berimbas pada proses belajar anak. Riset menunjukan bahwa aspek vestibular dapat mensupport kemampuan anak berbicara. That’s why anak-anak yang mengalami speech delay, mereka akan diberikan terapi sensory integrasi supaya anak bisa mengolah informasi yang dia dapatkan dan menggunakan inderanya untuk menyelesaikan inderanya.
Apa yag harus dilakukan? Berikan aktivitas yang mampu menstimulasi vestibularnya, seperti bermain ayunan, sepeda, prosotan, berjalan diatas kayu atau diatas garis, menyebrang jembatan buatan, naik turun tangga, berjalan di pematang sawah dan aktivitas rumahan lainnya.
.
3. Tactile atau Indera Peraba
Tactile atau indera peraba terletak pada kulit. Kulit merupakan bagian dari tubuh manusia yang paling luas karena sekujur tubuh kita dilapisi kulit ya. Dan, tactile berada di seluruh bagian tersebut. Tactile memberikan informasi yang beragam kepada kita terutama melalui tangan. Tactile tumbuh saat bayi mulai terlahir dan perlu diremajakan sejak dini.
Jika anak usia 3 tahun memasukan beragam benda ke dalam mulut, bisa jadi tactile di area mulutnya kurang terstimulasi. Jika anak memiliki hasrat menyentuh banyak benda yang ia temui atau bahkan enggan menyentuh tesktru tertentu, bisa jadi ada masalah juga dengan tactile nya.
Apa solusinya? Maksimalkan usia bayinya untuk mengasah indera perabanya. Ada masa oral, dimana anak gemar memasukan benda ke mulutnya, menghisap jempol saat usia 2 bulan, biarkan dan berikan stimulasi lainnya supaya kebutuhannya tersebut terpenuhi.
Ajak anak bermain melalui sentuhan, menyentuh beragam tekstur, mulai dari yang hangat, dingin, adem, tekstur lembek, keras, kasar, halus, lembut dan lain sebagainya. Bermain meraba kain, bermain pasir, garam, playdough, clay, agar, adonan tepung, cat dan lain sebagainya. Bisa juga mengajak anak bermain telanjang kaki tanpa alas diatas rumpul, tanah, kerikil kecil, air dan lainnya.
.
4. Sistem Sensorial Auditory
Disebut juga indera pendengaran. Sejak dalam kandungan, auditory bayi itu sudah tumbuh namun belum sempurna. Janin dalam kandungan bisa mendengar suara ibunya meskipun suara yang diterima seperti bergumam. Sehingga ketika terlahir, perlahan ia bisa mengenali suara orang tuanya yang biasa mengajaknya mengobarol dalam kandungan.
Indera pendengaran ini sangat penting untuk distimulasi dan diremajakan karena akan mempengaruhi hubungan anak dengan orang lain dan mempengaruhi faktor akademiknya di kemudian hari. Ada anak yang bisa mendengar jelas namun seperti tidak menghiraukan, cuek. Ada anak yang bisa mendengar jelas namun tidak bisa menangkan pesannya apa, sulit fokus. Hal-hal demikian perlu kita waspadai sebagai orang tua.
Ajak anak mendengarkan banyak nada dan lagu, bernyanyi, menebak lagu, bermain musik, bermain ketukan dan irama. Bahkan saya sering mengajak Nafeesa bermain bisik-bisik, hanya ingin mengasah seberapa banyak kata yang bisa ia tangkap saat saya membisikan sesuatu.
Cara bicara orangtua di rumah juga sangat mempengaruhi. Saat anak belajar berbicara dan mendengarkan, bicaralah dengan perlahan supaya ia bisa menangkap apa yang disampaikan. Dengan begitu, tak hanya auditory yang diasah namun juga meningkatkan kosakata anak.
.
5. Sistem Sensorik Visual
Visual atau indera penglihatan yaitu indera mata yang bisa menangkap warna pada usia 3-5 minggu setelah bayi terlahir. Visual persepsi juga penting terutama untuk step membaca dan menghitung. Itu lah mengapa pada Montessori, ada tahapan-tahapan yang harus diberikan sesuai dengan usianya. Misal untuk Newborn, kita bisa mengenalkan warna hitam dan putih. Lalu, bertambah usia bayi, kita berikan lagi warna terang lainnya.
Lanjut, pada usia anak 3 tahun, Montessori memberikan aktivitas Color Box 1 hingga Color Box 3, dimana anak bisa mengasah kemampuan visualnya.
Pada tahapan belajar anak membaca dan menulis, kerap kali ditemukan kesulitan saat membedaka b, d, p dan q lalu m dengan w dan n dengan u. Dengan menstimulasi sensorial visual anak secara rutin, anak-anak dengan sangat mudah membedakannya.
Baca juga : Practical Life Membentuk Karakter Anak
.
7. Gustatory
Gustatory dikenal dengan indera pengecap yang terletak pada bagian lidah. Setiap anak akan memiliki pengalaman yang berbeda mengenai rasa makanan yang diberikan. Mulai belajar melatih indera pengecap sejak bayi mulai dari ASI lalu MPASI dan makanan lainnya. The early stage aspek gustatory yaitu saat anak belajar memasukan banyak benda didekatnya kedalam mulut.
Saya pernah mengikuti webinar tentang asupan nutrisi pada anak. Ternyata kebiasaan makan pada ibu hamil sangat mempengaruhi napsu makan bayi saat ia terlahir. Ketika anak picky eater, mungkin ibunya saat hamil juga begitu. Jadi, jangan buru-buru menyalahkan anak.
Atau ada juga yang ibunya memasak menu itu-itu aja. Sop terus tiap hari, kuahan terus, atau kering-keringan terus, jarang makan buah, jarang minum air mineral seringnya teh. Hal tersebut sangat mempengaruhi napsu makan akan hingga ia dewasa lho.
Anak kan makan segimana dikasih sama ibunya dong, kalau ibunya pikir simpel kasih sayur terus tiap hari. Anak akan menolak saat diberikan makan keringan, seperti ikan goreng misalnya. Memang tidak semua, tapi apa yang saya sampaikan terjadi nyata dalam lingkungan orang terdekat, baik itu teman, tetangga, sodara bahkan client.
.
7. Olfactory
indera penciuman yang berurusan pada urusan makan anak. Ada anak yang indera penciumannya hyper dan ada yang hypo. Anak hyper Olfactory akan sangat sensitif dengan aroma dan bau. Menurut kita biasa, menurutnya bisa jadi sangat berlebihan baunya. Sementara, untuk anak Hypo justru ketika kita mencium sesuatu, bisa jadi ia tidak merasakan aroma apapun.
Apa yang harus dilakukan? Kenalkan anak pada banyak aroma, boleh aroma buah, rempah, bumbu, bunga dan lain sebagainya. Sederhananya, libatkan anak saat kita memasak, dan it works. Sejak bayi, saya selalu membawa Nafeesa memasak, biasanya dia duduk di meja makan yag letaknya satu ruangan dengan dapur. Hingga sekarang, setiap kali saya memasak, dia selalu ikut menebak aroma dari masakan saya.
Percaya ngga, indera penciuman sangat mempengaruhi napsu makan anak? Saya percaya banget, baru menggoreng bawang aja, Nafeesa udah minta makan. Pikirnya semua lauk udah siap saking sukanya aroma bumbu dan masakan.
.
8. Sistem Sensorik Interception
Ada satu sitem sensorial yang baru-baru ini dikembangkan yakni interception yangberkaitan dengan rasa didalam diri seperti merasakan rasa dingin, panas, hangat yang masuk kedalam dirinya.
Interception juga membantu saat toilet training. Dimana ia bisa merasakan kapan mau buang air besar dan kapan mau buang air kecil.
Bahkan, termasuk saat ia merasa sedih, kecewa, pusing, mual, kenyang, lapar, haus, lelah dan perasaan lainnya. Anak harus memahami setiap rasa yang ia rasakan.
Kebanyakan anak tantrum adalah anak yang belum memahami apa yang ia rasakan. Sehingga ketika ia lapar, lelah atau mengantuk dan ia tidak memahaminya, ia tumpahkan menjadi tantrum. Jika anak tidak merasakan hal tersebut akan menjadi masalah bagi anak dan orangtua. Jika mereka tidak familiar dengan rasa tersebut, kita harus bantu untuk memahami. Misal, ketika mereka haus, maka harus minum. Termasuk saat mereka marah, sedih dan kecewa. Bantu mereka untuk mengungkapkannya. Kita bisa bantu tanya dan mengenalkan seperti “Kakak haus, mau minum?”, atau “Kakak capek, mau istirahat dulu?”, seperti itu.
Follow @joyfulparenting101 untuk mendapatkan informasi ide bermain anak sederhana di rumah.
sistem sensorik, sistem sensorial, sistem sensorik montessori, area sensorial, sistem sensorik
2 Comments
Pingback:
Pingback: