tidak mudik, tidak piknik, indonesia sehat dari corona
feature,  health,  Lifestyle,  Social

Yuk, Bantu Cegah Penyebaran Virus Corona Mulai dari Diri Sendiri dengan #TidakMudik #TidakPiknik

Sejak adanya informasi pasien positif virus corona akhir Februari lalu, saya dan suami sudah mulai mengurangi aktifitas di luar rumah. Pun urusan pekerjaan, sebisa mungkin menghindari keramaian, termasuk transportasi umum seperti KRL dan Busway.

Seminggu kemudian tepatnya awal Maret, pemerintah menghimbau semua masyarakat untuk berada di rumah. Bersyukur perusahaan tempat suami bekerja langsung menerapkan work from home (WFH) selama 14 hari. Tentu saja, informasi tersebut membuat saya dan keluarga lebih waspada. Artinya, ada hal serius yang ingin dilakukan pemerintah terkait pandemic Covid-19.

cara mencegah penyebaran corona

Minggu kedua Maret. setiap kali saya mendengar berita tentang virus Corona, saya menangis. Apalagi jika ada berita korban meninggal, pilu hati rasanya. Seketika saya ingat anak, suami, orangtua dan semua orang yang saya kasihi. Bukan takut mati, hanya saja saya malu selama ini sibuk dengan urusan dunia, merasa belum siap jika harus kembali kepada-Nya.

Minggu ketiga Maret 2020. Saya ngga mau berlarut dalam kesedihan, saya juga ngga mau dibuat cemas. Jujur, saya sampe ngga enak makan, ngga nyenyak tidur malah demam dan sakit. Inginnya periksa ke Rumah Sakit namun pemerintah dan tenaga Kesehatan menghimbau untuk mengurangi kunjungan ke rumah sakit jika tidak mendesak. Akhirnya saya putuskan pergi ke Klinik. Tapi perlakuan disana sangat mengejutkan, mungkin karena mereka takut kalau carrier. Alhamdulilah ternyata hanya demam biasa akibat rasa cemas yang berlebihan.

Minggu keempat Maret 2020. Saya memutuskan untuk mengurangi mengonsumsi berita soal Covid-19. Sehari cukup dua kali, pagi dan sore menyimak berita tersebut. Saya pun membatasi penggunaan media sosial, terutama Twitter dan Facebook. Terlalu banyak hoax dan opini yang menjerumuskan dan membuat keresahan. Sebaliknya, saya lebih banyak mengikuti kajian online yang menenagkan bathin serta saya ikut berperan aktif bersama teman-teman relawan. Saya pribadi ngga bisa ikut terjun langsung di lapangan jadi hanya bisa membantu dari kejauhan, baik itu bersama Komunitas, Lembaga Sosial maupun secara pribadi di lingkungan tempat tinggal. Alhamdulilah, saya pun mengajak teman dan keluarga untuk membaca Yasin selama 30 hari dan mengkhususkan doanya untuk kesembuhan dan Kesehatan Indonesia. Supaya kita senantiasa dilindungi dan dijauhkan dari segala macam marabahaya.

Saya pun intens menghubungi sahabat dan keluarga terdekat untuk mengedukasi mereka, untuk tidak panik namun tetap waspada terutama pada pendatang baru dari wilayah “red zone”. Hal terberat adalah mengajak mereka untuk tetap berada di rumah, belajar, bekerja dan beribadah di rumah. Kita tau ya, masyarakat daerah rasa pedulinya sangat tinggi, gotong royong, termasuk soal ibadah di Mushola dan Masjid, banyak yang marah saat dilarang beribadah di Masjid atau Mushola. Bahkan keluarga saya sendiri pun begitu. Ya ini lah tugas kita untuk memberikan penjelasan yang masuk akal sehingga mereka bisa menerima. Lebih dari itu, mereka pada akhirnya bisa menyampaikan ke tetangga dan warga yang lain supaya sama-sama memahami kondisi yang terjadi saat ini.

Indonesia lockdown, karantina wilayah akibat corona

Tak terasa bula Maret dengan dukanya pun berlalu. Suami masih melanjutkan bekerja di rumah hingga 29 Mei 2020, artinya setelah libur lebaran baru bisa kembali ke kantor. Itu pun jika kondisi sudah benar-benar kondusif. Kami tetap patuh dan taat untuk tetap berada di rumah. Saya sudah mulai menyampaikan kepada orangtua, sepertinya sulit untuk pulang kampung dengan kondisi seperti ini. Namun belum fix, saya pribadi tetap berusaha, kalau bisa ya mudik. Karena biasanya setahun bisa 2 hingga 3 kali mudik, tapi tahun ini sama sekali belum bisa mudik. Makanya saya dan suami menyiapkan banyak hal untuk mudik lebaran kali ini. Termasuk beberapa acara tahlilan alm. Bapak disana.

Minggu Pertama April 2020. Saya cukup terkejut mendengar banyak sahabat dan kerabat yang terkena PHK dan diliburkan tanpa digaji. Ditambah lagi, beredar berita kalau jumlah pemudik mengalami lonjakan di awal April. Hingga akhirnya, muncuk berita penyebaran Covid-19 meningkat di beberapa daerah seperti Bandung dan Sukabumi. Jelas lah, mengundang keresahan di daerah lainnya. Banyak teman-teman di daerah berteriak meminta karantina wilayah dan menolak pemudik. Bahkan saya yang semakin intens melakukan komunikasi dengan keluarga di daerah pun mulai merasakan kecemasan mereka lantaran banyak tetangga yang baru pulang dari zona merah seperti Jabodetabek.

Kakak perempuan saya terutama, dia mengalami hal serupa dengan saya, terlalu cemas dan larut dalam kesedihan akibat terlalu banyak mengonsumsi berita virus Corona. Setiap kali di telepon, dia menangis. Khawatir dengan kondisi adik-adiknya dan cemas lantaran banyak pemudik yang berdatangan.

tidak mudik, tidak piknik, indonesia sehat dari corona

Setelah saya berdiskusi dengan suami, akhirnya kami memutuskan untuk #TIDAKMUDIK tahun ini. Bukan tidak rindu, bukan juga ngga peduli dengan orangtua. Justru karena saya peduli dengan Kesehatan orangtua yang sudah sepuh, makanya saya memutuskan untuk tidak mudik. Saya mungkin aja sehat, tapi tetap berpotensi menjadi carrier alisan penyebar virus Corona. Apalagi di daerah tempat tinggal saya, mayoritas lansia penduduknya, muda-mudinya merantau jadi kebayang kan saat kita nih yang muda-muda maksa pulang kampung, gimana kondisi disana? Terlebih para lansia termasuk usia rentan terpapar virus corona sehingga dengan nekad mudik menurut saya terlalu berisiko.

korban pasien covid 19 indonesia

Logika sederhananya, kebayang kan mudik itu perpindahan warga dalam jumlah banyak dalam waktu yang relative berbarengan. Contoh kecil lewat jalur darat, menggunakan bus, ada berapa puluh orang didalamnya yang tidak kita kenal dan tidak tau apakah mereka benar-benar sehat atau tidak? Lalu selama berjam-jam kita bersama dalam satu bus. Target kerumunan berikutnya, rest area, toilet umum, mushola, kebayang kan ada berapa banyak orang disana. Bisa ngga kita menjamin kalau kita akan tetap aman.

kenali istilah pdp odp dan carrier corona

Lalu saya membayangkan, saat orang berbondong-bondong pulang ke daerah asal masing-masing, Jakarta akan kosong. Bisa saja penyebaran Covid-19 menurun bahkan 0%. Sementara di daerah sebaliknya. Lalu, mereka yang sudah pulang nekad kembali ke Jakarta lagi dengan alasan mencari nafkah, terus bisa ngga kita menjamin virus tersebut tidak kembali kesini?

Dan, buat warga yang sudah terlanjur mudik, tolong kooperatif, jangan nekad mudik lalu tidak peduli dengan kondisi disana. Lapor petugas setempat, cek kesehatan dan KARANTINA MANDIRI selama 14 hari. Hargai keluarga lain yang menahan rindu dan tetap bertahan di perantauan. Ayo kita sama-sama menjadi agen perubahan, bukan untuk orang lain melainkan untuk diri kita sendiri. Baca informasi terpercaya soal perkembangan corona melalui covid19.go.id.

Corona datang bukan tanpa sebab, pasti ada hikmah dibalik ujian ini. Sama seperti kita, datang dari Allah swt dan akan kembali kepada-Nya. Corona mengabulkan doa anak-anak yang rindu kehadiran orangtuanya, ngga melulu soal uang dan kerja. Corona juga mengembalikan anak-anak remaja pulang ke pangkuan orangtuanya, ngga melulu soal nongkrong demi eksistensinya. Juga mengajarkan kita, bahwa hidup itu harus sederhana, tak hanya untuk hari ini dan besok tapi juga untuk berbagi. Bahkan pekerjaan, karir dan jabatan bukanlah segalanya karena ternyata kita membutuhkan selembar rupiah bantuan dari para pekerja serabutan. Ngga ada yang paling hebat. Corona mengajarkan bahwa memberi tidak mengurangi, memberi tidak harus kaya, memberi berlaku untuk mereka yang mau dan ikhlas. Tidak ada pemimpin jika tidak ada yang dipimpin. Begitu pula sebaliknya. Stop komplen, Stop menyalahkan, Stop menyebar kebencian. Saatnya kita berbagi kebaikan dan kebahagiaan. Karena kebaikan hanya akan kembali kepada pemilik-Nya.

 

Baca juga : Aplikasi LoveCare, Layanan Homecare terpercaya

15 Comments

  • riabuchari

    Ka Cici bagaiamana dengan keluarga semoga sehat selalu ya, duh sy jg ka dah hampir sebulan ini dirumah aja kdg bosan dan suntuk jg nih tp dinikmatin aja
    Semoga pandemi ini cpt berakhir ya biar bs beraktifitas lg dengan aman dan nyaman

  • Ria Nugros

    Ditempat saya masih sangat santai sekali mba menghadapi virus corona ini, masih ramai sekali orang dan kendaraan lalu lalang disini. Tapi semoga setelah PSBB diterapkan orang-orang disini mau mematuhinya

  • Mei Wulandari

    Corona datang bukan tanpa sebab, pasti ada hikmah dibalik ujian ini. Setuju banget mbak, pasti ada sisi positifnya cuma ya kita ga boleh lengah dengan tidak mudik ya. Nggak boleh bandel dan ikuti anjuran pemerintah biar sema aman dan nyaman, amin.

  • Mei

    siap mba Des, ini udah hari ke 35 diam di rumah, ga kemana-mana sama sekali, beli buah aja titip sodara hahah, males juga panasnya di luar menyengat, dan sedihnya kayaknya ga bisa pulang kampung niy, karena lagi ga sama orangtua

  • Demia

    setuju baget, walaupun nggak mudik, nggak bisa ketemu sama orang orang terkasih, tapi ini yang terbaik ya beb, demi kebaikan mereka dan diri sendiri biar virus nggak menyebar semakin luas

  • andiyani achmad

    saat video call sama mertua bilang ikhlasin kalo lebaran tahun ini gak bisa ke sana karena kondisi masih seperti ini, gak mudik bukan gak sayang justru karena sayang dan peduli sama kesehatan mertua

  • Melissa Olivia

    Aku pun biar ortu masih di jakarta, aku ga berani jenguk krn di rimah ortu juga masih ada nenek yg uda sepuh ☹️. Padahal uda kangen dan oetu jg kangen ktmu cucunya. Terpaksa menahan diri.

  • artha

    iyaa suami bilang banyak yg diPHK, utamanya para pegawai kontrak. duh sedih yaaa. plus ketar ketir. pantemi ini benar2 bs ganggu, gak cuma kesehatan tapi juga ekonomi.keluarga.

  • Putri Istiana

    Setiap baca berita tentang corona, merinding, sedih, takut, khawatir. semua campur aduk karena mama papa ku masih kerja, mama ku salah satu perawat di RSPAD, ngebayangin setiap hari mama pake apd aja udah gakuat rasanya mba. setiap hari nyempetin telp mama, mama selalu ngeyakinin “mama baik baik aja kak, jaga adik ya”. cuma bisa berdoa dari rumah :’) ohya bytheway, semoga mba dan keluarga juga selalu sehat ya mbaa

  • Atisatya Arifin

    Kak Cici, I feel you. Pasti berat rasanya ya biasa mudik terus karena lagi pandemi gini jadi nggak bisa mudik dan nggak bisa bersua dengan keluarga. Tapi salut banget dengan keputusan kak Cici dan keluarga demi kemaslahatan bersama. Di Depok yang termasuk santuy banget ngadepin covid ini. Semangat terus kak dan stay healthy.

  • lendyagasshi

    Kalau mengeluh, aku selalu ingat-ingat kembali hikmah dari kejadian wabah ini.
    Di endingnya tulisan kak Ci bagus banget.
    Aku jadi memaknai wabah Corona yang hadir dalam hidup kita saat ini.

  • Irra

    Bagi yang terbiasa mudik mungkin menjalani larangan ini dengan sangat berat. Aku sih emang gak pernah mudik, semoga teman-teman yang mudik bisa ikhlas tahun ini ditunda acara mudiknya biar wabahnya berhenti menyebar.

  • floren

    iya aku pun tahan gak mudik buat ketemu ortu, karena uda berumur. Takut aja kalo jadi carrier mending di tahan dulu by video call aja pas kangen

0
Your Cart is empty!

It looks like you haven't added any items to your cart yet.

Browse Products