9 grup area montessori, area montessori, sensorial montessori
BBC,  Montessori

9 Grup Sensorial pada Montessori

9 Grup Sensorial pada Montessori. Berbeda dengan aktivitas practical life dimana kita bisa menggunakan banyak material seadanya yang ada di rumah. Material sensorial harus terisolasi kualitasnya agar dapat menstimulasi indranya dan melatih fokus anak saat mempelajari sesuatu. Oleh sebab itu, peralatan sensorial harus spesifik dan presisi.

Pada area sensorial, tidak semua material dapat digunakan. Ada banyak sekali store online yang menyediakan material sensorial namun tidak semuanya sesuai dengan prinsip Montessori. Sehingga kita harus lebih teliti saat ingin melengkapi material aktivitas sensorial untuk si kecil. Ketika materialnya ternyata tidak spesifik dan tidak presisi bisa menimbulkan salah persepsi pada anak.

9 grup area montessori, area montessori, sensorial montessori

Sensorial memberikan pengetahuan dan pengalaman luar biasa pada tumbuh kembang anak. Urutannya adalah anak bekerja dengan material, anak akan terstimulasi, kemudian mereka mampu mengklasifikasi persepsi dan tujuannya yaitu mereka mampu beradaptasi. Ketika anak terstimulasi dan mengklasifikasi, anak akan mengalami development of intelligent.

Setelah anak mengalami proses development of intelligent, maka anak bisa beradapatasi dan mampu berkonsentrasi lebih lama.

Dalam Montessori menyebutkan bahwa anak memiliki kekuatan dalam dirinya untuk mengulang-ulang aktivitas atau disebut Horme. Pengulangan berperan sangat penting dalam membangun ingatan anak. Impresi merupakan koleksi pengalaman dan impresi dibentuk dari pengulangan.

Aktivitas sensorial memberikan pengalaman kepada anak tentang cara mengira dan mengukur, dimana aktivitas tersebut termasuk ilmu dasar Matematika. Sensorial juga mengajarkan kesatuan, dimana material yang diberikan harus berurutan dan satu rangkaian serta satu set berisi sepuluh. Tidak boleh hilang dan rusak sebab ketika ada kerusakan, material tersebut tidak bisa digunakan kembali. Berikut ini  sembilan group sensorial dan material yang bisa digunakan.

Baca juga: Sensorial Area Montessori Part 1 

.

1. Visual Area

Area visual atau penglihatan dibagi dalam dua area yaitu persepsi dimensi dan warna. Sejak bayi, anak-anak sudah diberikan stimulasi indra penglihatan. Dimulai dari membedakan warna hitam dan putih lalu menangkap cahaya dan mengenal benda serta orang terdekatnya. Bahkan melalui indra penglihatan, anak-anak juga belajar tentang makna “muncul dan hilang”.

Saat masih bayi, ada fase dimana bayi merasa apa yang ia lihat lalu pergi artinya hilang. Namun, seiring bertambahnya usia dan intelegensi serta rasa ingin tahu anak, ketika melihat sesuatu lalu pergi, bayi berusaha untuk mencarinya kembali.

Penglihatan memiliki peranan sangat penting terutama bagi visual learner atau anak-anak yang mengandalkan indra penglihatannya untuk belajar.

Beberapa anak bisa memberikan respon yang berbeda terhadap apa yang diterima oleh indra penglihatannya. Anak yang mengalami hyposensitive cenderung akan menatap objek dengan intens, sulit menemukan benda dalam tumpukan, sulit mengikuti atau melacak pergerakan suatu benda dan sering terbalik saat menulis atau membaca huruf (misalnya; b, d, p, q).

Sementara anak dengan hypersensitive indra penglihatan akan menunjukan cara sebaliknya, seperti menghindari cahaya terang dan menyukai gelap, menghindari eye contact, mata berair saat menonton TV, sulit menyusun puzzle serta mudah terdistraksi oleh stimulus di dalam ruangan. Oleh sebab itu, Montessori melihat bahwa anak-anak perlu berlatih dan bekerja dengan visual sensorial area.

Baca juga: Bekerja dengan Knobbed Cylinder Montessori

.

2. Tactile Area

Tactile atau indra peraba merupakan indra utama yang digunakan untuk memproses informasi dari lingkungan. Reseptor untuk sistem indra peraba terletak pada seluruh permukaan kulit.

Sementara kulit merupakan bagian terluas yang ada pada tubuh manusia. Maka dari itu, tactile area memiliki bagian reseptor terluas dari indra lainnya.

“Although the sense of touch is spread throughout the surface of the body, the excercisegiven to the children are limited to the tips of the fingers, and particularly, to those of the right hand.” (Dr. Maria Montessori, The Discovery of Child, P.113)

Cara bekerja dengan material tactile Montessori yaitu terletak pada ujung jari tangan anak melalui sentuhan pada benda tersebut. Sama seperti area indra lainnya, pada beberapa anak akan menunjukan respon hyposensitive seperti senang menyentuh apapun yang ia temukan, tidak mudah merasa ketika disentuh, dicolek bahkan mendapatkan luka. Anak dengan hyposensitive tactile juga kemungkinan mengalami selfabusive seperti mencubit, menggigit bahkan membenturkan kepala serta senang dengan rasa makanan yang kuat seperti asam, pedas dan asin.

Berbeda dengan anak dengan hypersensitive tactile. Mereka menghindari tekstur tertentu dari material yang ia hendak gunakan (tekstur selimut, karpet, boneka, binatang), tidak menyukai messy play (bermain lumpur, lem, dough, slime), menolak berjalan telanjang kaki diatas rumput, tidak nyaman dengan rambut atau kuku, muncul reaksi berlebihan jika terkena gigitan serangga dan label pakaian hingga mengalami picky eater.

Mengingat bahwa tactile berperan sangat penting terhadap kenyaman anak di kemudian hari, kita harus memberikan kebutuhan stimulasi indra peraba sedini mungkin.

.

3. The Baric

The Baric termasuk dalam kategori tactile area karena melibatkan sentuhan dan perabaan. Material yang digunakan yaitu The Baric Tablets. Namun, konsep utama baric tablet adalah anak mampu membedakan berat dan ringan. Ada tiga set yang terdiri dari enam tablet kayu yang telah dipoles dan dipletur. Setiap set memiliki perbedaan jenis kayu, warna dan berat. Untuk yang ringan yaitu sekitar 20 gram, sedang atau medium yaitu 30 gram dan berat yaitu 40 gram.

Manfaat Bekerja dengan Baric Tablets

Anak belajar konsep ringan dan berat serta perbandingan bertingkat. Melatih fokus anak dan melatih untuk membuat keputusan. Secara tidak langsung, anak juga meningkatkan pemahaman tentang berat suatu benda hanya melalui observasi. Control of error terletak pada berat dan warna. Baric tablets dapat diberikan kepada anak mulai dari usia 3,5 – 4 tahun.

9 grup sensorial, sensorial area, sensorial area montessori

.

4. The Stereognostic

Disebut juga sebagai tactile gnosis yang merupakan kemampuan untuk mengidentifikasi suatu objek tanpa melihatnya, mencium aromanya, mendengar, atau merasakannya. Contoh sederhana, ketika bangun tidur lalu orang dewasa mematikan alarm yang berbunyi dari Handphonenya tanpa membuka mata, itulah stereognostic sense.

Pada Montessori, orang dewasa akan menyiapkan beberapa benda yang dimasukan kedalam kantung tidak tembus pandang, lalu anak akan memasukan tangannya kedalam, merasakannya dan mengurutkannya sesuai dengan apa yang ia rasakan. Tantangan berikutnya, bisa dengan menambahkan satu kantung lagi. Sehingga kemampuan stereognostic anak terus meningkat.

Manfaat dan Tujuan Stereognostic Sensorial

Anak mampu membedakan suatu objek hanya melalui sentuhan, melatih konsentrasi dan fokus anak, anak belajar membuat keputusan serta meningkatkan kemampuan bahasanya. Control of error terletak pada indra peraba anak untuk berbagai jenis objek. Aktivitas stereognostik bisa diberikan kepada anak mulai dari usia 3 tahun.

.

5. The Thermic

Masih bagian dari tactile area, dimana anak akan bekerja dan mengobservasi suhu dari benda yang ia sentuh. Material yang digunakan yaitu the thermic tablets dan bottles. The thermic tablets yaitu enam pasang tablet yang terbuat dari bahan alami yang berbeda seperti kayu, besi, marmer, keramik, gabus dan lainnya.

Berikutnya yaitu thermic bottles yang mana tujuannya sama yaitu untuk membedakan suhu. Anak dapat menggenggam thermic bottles yang berisikan air dengan suhu yang berbeda, mulai dari air suhu ruangan, air hangat dan air dingin. Perlu diingat, suhu air hangat orang dewasa sama dengan suhu air panas untuk anak-anak. Sehingga perlu berhati-hati saat bekerja dengan thermic bottle. Tedapat empat pasang metal containers yang berisikan air dengan temperature yang berbeda, diantaranta:

  • Botol 1: 37 derajat Celcius
  • Botol 2: 27 derajat Celcius
  • Botol 3: 17 derajat Celcius
  • Botol 4: 47 derajat Celcius

Anak memahami konsep dingin, sejuk, hangat dan panas, memberikan pengalaman langsung mengenai temperature suatu benda dan melatih kepekaan anak terhadap suhu yang ia rasakan.

.

6. Pressure

Masih bagian dalam tactile area, Pressure atau tekanan akan melibatkan material yang disebut Pressure cylinder. Dengan menekan plunger bermuatan pegas yang terdapat pada Pressure cylinder, anak akan merasakan perbedaan dalam tekanan tahanan. Aktivitas ini bisa diberikan kepada anak usia mulai dari 2 tahun. Anak belajar kosa kata baru seperti kuat, paling kuat, lemah, paling lemah dan sebagainya.

.

7. Gustatory

Gustatory atau indra pengecap terletak pada lidah untuk merasakan sesuatu yang masuk kedalam mulut. Pada sensorial area, anak akan bekerja dengan tasting bottles atau tasting cups yang berisi larutan asim, manis, pahit dan asam. Sesuai dengan bagian pada lidah, masing-masing permukaan lidah memiliki fungsinya masing-masing untuk merasakan sesuatu.

Anak dengan hypersensitive gustatory cenderung tidak menyukai makanan dan minuman  tertentu, membatasi diri pada tekstur atau suhu makanan tertentu, menghindari rasa pedas, asam, asin dan pahit, tidak menyukai pasta gigi. Sementara anak dengan hyposensitive gustatory akan menunjukan reaksi seperti menjilat, merasakan atau mengunyah benda yang tidak bisa dimakan, menyukai makanan dengan rasa yang kuat, sering mengunyah rambut, baju atau jari, sering memasukan benda ke dalam mulut setelah melewati usia balita, serta sulit untuk menakar seberapa banyak bumbu pada makanannya.

Pada area sensorial, anak akan bekerja dengan indra perasanya. Orang tua atau guru akan mengajaknya untuk mencoba rasa primer satu per satu, lalu memberi tau nama dari setiap rasa. Sehingga kosa kata anak akan bertambah.

Beberapa sumber menyebutkan bahwa rasa dikenali juga melalui suhu, tekstur dan sensasi. Ternyata rasa dikenali terutama melalui indra penciuman, Pernahkah Ibu mencoba mengunyah makanan sambil menutup hidung? Kita akan tetap bisa membedakan rasa manis, asin atau pahit dari makanan tersebut namun akan sulit saat mengidentifikasi rasa tertentu, misalnya rasa caramel khas dari aromanya. Hanya bisa merasakan manis saja.

Manfaat dan tujuan Bbekerja dengan Gustatory Sense yaitu untuk meningkatkan persepsi anak akan variasi rasa, anak mampu membedakan rasa dan meningkatkan kecerdasan anak saat mengeksplorasi lingkungan. Hal ini berkaitan juga dengan napsu makan anak dikemudian hari.

.

8. Olfactory

Olfactory atau indra penciuman berkaitan dengan bagaimana anak mampu mengidentifikasi aroma yang ada didekatnya. Sistem Olfactory pada anak akan meningkat seiring bertambahnya usia anak. Namun ketika tidak distimulai dengan optimal, respon terhadap aroma tersebut akan berbeda dari satu anak dengan anak lainnya.

Pernah kah Ibu berada pada satu ruangan, dimana Ibu bisa mencium sesuatu aroma sementara yang lain tidak? Atau justru sebaliknya. Oleh sebab itu, Montessori mengajak anak usia 3 tahun untuk bekerja dengan The Smelling Cups dimana berisikan aroma-aroma tertentu seperti aroma herbal, bunga, buah dan lain sebagainya.

Orang tua atau guru bisa mengenalkan setiap aroma kepada anak, lalu anak akan mencoba dan mendiskriminasi aroma. Tahap berikutnya, anak akan mencari aroma yang sama dari setiap smelling cups.

Anak dengan hypersensitive Olfactory akan menunjukan ketidaksukaan terhadap aroma tertentu termasuk menolak mengonsumsi makanan karena aromanya, mudah terganggu dengan bau bahkan aroma parfum, serta anak cenderung menyukai benda atau tempat tertentu berdasarkan aromanya.

Sementara anak dengan hyposensitive olfactory justru menunjukan reaksi sebaliknya. Seperti sulit untuk mencium bau tak sedap hingga sulit membedakan aroma yang ia hirup. Indra penciuman sangat berperan penting terhadap napsu makan anak. Anak dengan indra penciuman yang baik cenderung memiliki napsu makan yang baik pula. Ia dapat menghirup aroma sedap dari masakan sehingga memicu rasa lapar.

.

9. Auditory

Kepekaan anak terhadap suara mempengaruhi caranya berinteraksi dengan orang sekitar serta kecerdasan akademisnya. Indra pendengaran juga dipengaruhi oleh lingkungan dimana anak tinggal. Ada anak yang terbiasa dengan keramaian sehingga apa yang ia lakukan seringkali membuat kegaduhan.

Aktivitas dan material Montessori melatih anak fokus dan konsentrasi melalui keheningan. Anak berlatih untuk mampu meregulasi dirinya, tenang dan bekerja secara teratur.

Anak dengan hypersensitive auditory akan merespon secara negative akibat adanya suara kencang, menutup telinganya ketika mendengar suara tertentu, memiliki kesulitan untuk menyelesaikan tugas ketika ada suara atau musik serta peka terhadap suara yang tidak didengar oleh orang lain.

Sementara anak dengan hyposensitive auditory memiliki kesulitan untuk menemukan sumber suara yang ia dengar, terganggu oleh suara keras secara tiba-tiba, sering meminta untuk mengulang-ulang perintah, sulit membaca nyaring dan nampak seperti tidak mendengar apa yang dikatakan orang lain.

Oleh sebab itu, Montessori mengajak anak bekerja dengan auditory sense secara spesifik sejak berusia 3 tahun melalui material seperti sound box. Sound box hadir dalam dua warna biru dan merah yang berisi butiran sehingga saat digoyangkan akan menghasilkan bunyi. Anak akan mengidentifikasi sumber bunyi dan mencocokan sound box mana yang memiliki bunyi yang sama.

Manfaat dari aktivitas ini tentu saja untuk meningkatkan kemampuan mendengar dan kepekaan anak terhadap bunyi yang ia terima oleh indra pendengarannya. Bagi anak yang memiliki minat pada musik harus bisa membedakan setiap suara yang ia dengar. Selain itu, aktivitas ini juga menambah kosa kata anak.

“In our study of language, we saw the speech goes primarily with hearing. But action is connected with sight, for we need to see where we are setting our feet, and when our hands are at work we need to see what they are doing. These two senses, hearing and sight, are the one most concerned in the child psychophysical development.” (dr. Maria Montessori, Absorbent Mind, P.153)

0
Your Cart is empty!

It looks like you haven't added any items to your cart yet.

Browse Products