tahapan mengajarkan anak membaca, membaca menyenangkan, membaca ala montessori
BBC,  Montessori,  Read Aloud

Tahapan Mengajari Anak Membaca yang Menyenangkan Ala Montessori

Saya sangat setuju bahwa anak dibawah usia 6 tahun belum boleh dipaksa bisa membaca. Teknik belajar paling baik untuk mereka ya dengan mematangkan sensormotoriknya terlebih dahulu. Namun, fakta dilapangan berbeda. Buku pelajaran anak kelas satu SD sudah sangat kompleks bahasanya. Untuk anak yang sama sekali tidak ada bekal membaca, akan sangat kesulitan untuk mengikuti kegiatan belajar.

Jangankan bisa menjawab pertanyaan, membaca perintahnya pun belum bisa. Nah, masalah ini yang kemudian menjadi momok yang menakutkan bagi para orang tua. Sehingga banyak sekali orang tua yang memilih bimbingan belajar atau semacam les membaca cepat untuk anak usia dini.

Kemampuan membaca pada anak sangat berpengaruh pada akademik dan kepercayaan dirinya. Anak yang bellum bisa membaca akan merasa minder di sekolah Ketika melihat temannya yang lain sudah lancar. Dan tidak sedikit, anak-anak yang kemudian dibully temannya karena belum lancar membaca.

tahapan mengajarkan anak membaca, membaca menyenangkan, membaca ala montessori

Oleh sebab itu, daripada membahas boleh atau tidaknya anak usia dini bisa membaca, lebih baik kita menyiapkan anak sejak dini dengan persiapan membaca yang menyenangkan. Tujuannya supaya anak tidak merasa frustasi sebab membaca adalah kegiatan kompleks untuk anak-anak. Berikut adalah tahapan dan cara mengajari anak membaca yang menyenangkan berdasarkan pengalaman saya pribadi:

 .

1. Tahap Pra Membaca (Pre-Reading Activity) Sejak Dini

Kegiatan pra-membaca tidak langsung mengenalkan abjad kepada anak ya, Bu. Melainkan perkenalan dasar terhadap garis dan bentuk. Kegiatan ini dilakukan supaya anak lebih familiar dan bisa menemukan perbedaannya. Kegiatan pra-membaca lainnya bisa dibaca disini.

  • Mengenal Garis

Orang tua dapat mengenalkan beragam garis pada anak usia 2 tahun, seperti garis lurus, horizontal, vertical, melengkung, bergelombang, garis putus-putus, zigzag dan lainnya. Perkenalkan bentuknya terlebih dahulu, bukan memaksa anak menghafal nama garisnya ya. 

    • Ada banyak cara untuk mengenalkan garis kepada anak usia 2 tahun. Tidak cukup hanya dengan gambar tapi harus konkret atau nyata. Misalnya:
    • membuat garis dengan tali yang direkatkan sehingga anak dapat menyentuhnya.
    • Membuat garis di permukaan pasir atau garam.
    • Membuat garis dengan playdough.
  • Mengenal Bentuk

Setelah anak familiar dengan perbedaan setiap garis, artinya kita bisa meng-upgrade challenge untuk si kecil yaitu dengan mengenalkan bentuk sederhana seperti persegi panjang, persegi, segitiga, lingkaran, hati, bintang, segilima, segi enam dan elips. Berikan secara bertahap, untuk anak usia 2 tahun bisa memilih empat bentuk dasar terlebih dahulu.

Sekali lagi, tujuannya bukan anak hafal namanya ya melainkan anak dapat membedakan setiap bentuknya. Kenalkan dengan konsep konkret ke abstrak supaya anak lebih paham, seperti:

    • Membuat beragam bentuk dengan karton atau kain flanel.
    • Ajak anak mencocokan setiap bentuk yang disentuh dan dilihat.
    • Mencari persamaan bentuk dengan benda asli di rumah. Misalnya, persegi panjang = kulkas.

2. Read Aloud

Read Aloud atau membaca nyaring bukan sekedar membunyikan kata dan kalimat yang dibaca. Lebih dari itu, Read Aloud memiliki aturan yang membuat kegiatan membaca tercapai tujuannya yaitu anak suka dengan buku, suka membaca dan menyerap kosakata yang lebih banyak.

Dalam berkomunikasi atau ngobrol pun anak-anak bisa menyerap kosakata namun kosakata sehari-hari tentu saja berbeda dengan kosakata baku yang tertulis dalam sebuah buku. Seperti berdetak, berdenting, seorang diri, sekejap dan masih banyak lagi.

Itulah mengapa ada tahapan pra Read Aloud dimana orang tua harus membaca bukunya terlebih dahulu, mengenal tokoh serta mencari tau makna atau persamaan kata dari kata baku yang baru ditemukan sehingga anak dapat menyerap dengan mudah. Siapa sangka anak usai 4 tahun mengerti makna “memintal” setelah membaca buku Niabai Sang Pemintal? Menarik bukan?

Cara memulai Read Aloud dan tahapannya bisa dibaca disini.

Cek kelas “Baca Tulis Intensif Montessori”

3. Tidak Perlu Menghafal Alfabet (26 huruf)

Dalam buku Montessori: Keajaibab Membaca Tanpa Mengeja karya Vidya Dwina Paramita menyebutkan, anak tidak perlu menghafal alfabet untuk bisa membaca. Pada kelas Montessori juga disebutkan bawah huruf berbeda dengan angka. Huruf bisa dikenalkan secara acak, tak perlu berurutan. Kita bisa mengenalkan alfabet secara bertahap, mulai dari:

  • Huruf awal nama anak.
  • Huruf vokal (a, i, u, e, o).
  • m, p, t, r, s.
  • c, j, k, g, d.

Saat mengenalkan huruf awal nama anak, ia akan lebih familiar dengan huruf tersebut sebab namanya sering diucapkan. Sementara mengenalkan huruf vokal supaya anak bisa mengenali bunyi huruf, seperti ba, ca, da, dll.

Cara mengenalkan huruf dalam Montessori juga harus dengan konkret bukan hanya lewat flashcard atau bahkan screen gadget. Ibu bisa membeli sandpaper letter (SPL) atau membuatnya sendiri menggunakan amplas atau kain flanel. Sehingga anak-anak dapat menyentuh dan membuat pola suatu huruf dengan jarinya. Anak akan mudah mengingat ketika bekerja dengan tangannya dibandingkan dipaksa menghafal. Bisa juga dengan lagu atau nyanyian.

membaca tanpa mengeja, mengajarkan anak membaca, tahapan mengajari membaca, membaca cepat mudah, membaca yang menyenangkan ala Montessori

4. Mengenalkan Suku Kata

Ibu bisa mengenalkan suku kata seperti ba, bi, bu, be, bo lalu ca, ci, ci, ce, co. Nah, untuk Nafeesa ternyata agak kurang efektif seperti itu. Saya menemukan cara lain di Youtube yaitu dimulai dengan suku kata, ka, la, ma, na lalu sa, ja, ra, pa. Misalnya:

  • Senin   >   ka,   la,   ma,   na.
  • Selasa >   ki,   li,   mi,   ni.
  • Rabu   >   ko,   lo,   mo,   no.
  • Kamis  >   ku,   lu,   mu,   nu
  • Jumat  >   ke,   le,   me,   ne
  • Sabtu  >   gabung semua suku kata menjadi kata bermakna, seperti: la   ma,     ma  na,    ka  ka,    li  ma, dst.

Kata-kata tersebut saya susun sendiri hasil observasi kemampuan anak. Dihuruf apa anak suka tertukar atau lupa, kita bisa mengulangnya lagi. Jika sudah lancar, minggu kedua bisa lanjut tahapan sa, ja, ra, pa > se, je, re, pe > su, ju, ru, pu> dst

Gabung semua suku kata menjadi kata bermakna, seperti: ka sa, ra ja, pa ku, dst. Selanjutnya, Nafeesa jadi bisa membaca suku kata dengan sendirinya tanpa diajari. Ketika menemuka huruf J dan A, otomatis dia sebut JA.

Pada dasarnya metode apapun yang dipakai, sah-sah saja, selama mudah diserap oleh anak. Jika Ibu merasa kesulitan merangkai kata untuk anak, saya menganjurkan untuk membeli buku Membaca Menyenangkan Ala Montessori karya Zahra Zahira. Disana anak-anak akan dikenalkan dengan cara membaca suku kata yang sangat mudah dipahami.

zahra zahira, buku membaca ala montessori, tahapan mengajarkan anak membaca, membaca sejak dini, read aloud

 

5. Mengenalkan Kata Bermakna Disertai Gambar

Mengajari anak membaca harus sangat sabar karena satu tahapan saja terkadang membutuhkan berminggu-minggu. Yang penting dilakukan setiap hari secara konsisten.

Membaca kata bermakna artinya anak tidak sekedar membaca huruf saja seperti ke ro, sehingga anak sulit untuk memahami maksud dari kata tersebut. Sebaiknya berikan kata bermakna seperti ba ju, ba tu, bu ku, bo lu, bo la, dst. Sertai juga dengan gambarnya seperti dibawah ini. Pada buku Membaca Menyenangkan Ala Montessori sudah sangat lengkap isinya, ada kata bermakna dan gambar untuk membantu anak.

membaca tanpa mengeja, membaca ala montessori, tahapan membaca anak usia dini, tips membaca cepat, mengajari anak membaca mudah
design by cicidesri

6. Paparkan Buku Bacaan Sesering Mungkin

Ada satu buku yang saya beli secara online. Jika dilihat dari Metode Montessori memang kurang dianjurkan karena buku ini berisikan huruf dan kata saja, sementara gambarnya hanya sedikit. Namun, setelah digunakan buku tersebut memberi pengaruh sangat signifikan untuk kemampuan membaca Nafeesa. Bukunya seperti dibawah ini, dan ada tiga level.

Kita bisa memberika satu halaman per hari supaya anak tidak bosan. Dimulai dari kata yang pendek dan mudah. Lalu level berikutnya mengenal gabungan huruf konsonan seperti NY, NG dan imbuhan seperti MENG-, MEN-, MENY-. 

 

7. Membaca Label

Latihan membaca bisa dilakukan dengan membaca label pada bungkus makanan, box susu favoritnya, atau tulisan di jalan saat bepergian.

 

Tips Sukses Mengajari Anak Membaca Sejak Dini

  • Lakukan persiapan sejak dini supaya anak tidak mengalami kesulitan saat bertemu dengan huruf dan abjad.
  • Bekali dengan ilmu. Akan terasa sangat sulit ketika kita mengajari anak membaca namun tidak memiliki ilmunya. Alih-alih membuat anak pandai membaca, kita malah mudah emosi dan membuat hubungan dengan anak tidak baik.
  • Selalu observasi kemampuan anak. Jangan berpindah level jika anak belum bisa menguasai level membaca sebelumnya.
  • Ulangi dan lakukan secara konsisten. Bukan seberapa lama anak harus belajar ya Bu. Lebih baik 15 menit setiap hari tapi konsisten daripada 3 jam tapi 2X seminggu. Anak-anak bisa lupa dan sulit membangun semangatnya kembali.
  • Terus lakukan Read Aloud bahkan ketika anak sudah bisa membaca buku sendiri.

Tantangan dan Kesalahan yang Sering Dilakukan Saat Mengajari Anak Membaca

  • Memaksa anak. Orang tua tidak membekali anak dengan persiapan tapi memaksanya langsung untuk bisa membaca dalam waktu yang singkat. Anak bisa frustasi dan trauma dengan membaca.
  • Tidak memiliki ilmu. Merasa paling benar dan mengajari anak dengan cara yang keliru seperti mengajari anak membaca langsung pada tahapan yang sulit.
  • Tidak punya buku anak. Buku untuk anak berbeda dengan buku untuk remaja atau dewasa. Begitu juga buku untuk anak balita ya. Sebaiknya buat budget untuk membeli buku anak supaya anak lebih giat saat membaca karena ilustrasinya menarik dan jumlah katanya pun tidak terlalu padat.
  • Memberi bacaan yang banyak. Untuk anak usia 4 tahun, kita bisa memberikan dua baris kalimat bermakna untuk dibaca. Kita bisa mengambil cuplikan kalimat dari buku cerita yang sudah dibacakan atau membuat kalimatnya sendiri.
  • Fokus pada material bukan pada proses. Banyak orang tua yang fokus pada material, segala dibeli, segala diunduh tapi prakteknya ngga. Ujung-ujungnya anak dibiarkan begitu saja.
  • Dipaksa masuk Bimba sejak kecil. Saya melihat ada dua faktor disini. Disatu sisi, saya setuju anak masuk bimba selama usianya tepat dan dengan alasan orang tua tidak bisa memfasilitasi anak untuk belajar membaca di rumah. Orang tua yang tidak paham, daripada salah cara dan membuat anak kapok membaca lebih baik menggunakan jasa professional untuk mengajari anak. Namun disisi lain saya pun sangat tidak setuju ketika ada anak usia 2 tahun sudah dipaksa Bimba, buat apa? Masih ada bagian tubuhnya yang jauh lebih penting untuk distimulasi di usia tersebut daripada mengejar bisa membaca sejak usia 2 tahun.

 

0
Your Cart is empty!

It looks like you haven't added any items to your cart yet.

Browse Products