Kelompok Tani Mina Bakti Panen Raya Udang Vaname di lokasi Perhutanan Sosial Muara Gembong Bersama Presiden RI
Pada Desember lalu, saya dipertemukan dengan 9 tokoh hutan sosial pilihan koran Tempo yang berasal dari berbagai wilayah di Provinsi Indonesia. Kesembilan tokoh ini dinilai paling menonjol dan berprestasi saat mengelola wilayah hutan sosial milik negara. Diluar itu, masih banyak tokoh hutan sosial lainnya yang berjuang menghasilkan sesuatu demi kesejahteraan keluarganya dan masyarakat.
Program Perhutanan Sosial merupakan program prioritas pemerintah dengan tujuan utamanya yakni untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang tinggal dan menetap di sekitar kawasan hutan. Lebih jauh, program ini diharapkan dapat menuntaskan masalah kemiskinan di Indonesia dan konflik lahan yang sering muncul di masyarakat.
Tiga pilar utama program hutan sosial yakni lahan, kesempatan usaha dan sumberdaya manusia membuat masyarakat kita tumbuh mandiri dan kreatif. Beruntung saya bisa bertemu dengan 9 tokoh hutan sosial Desember lalu sehingga saya bisa melihat dan merasakan usaha mereka untuk berjuang dan bertahan hidup di pedalaman Indonesia.
Di bawah kepemimpinan Presiden Jokowi, program hutan sosial kemudian digenjot lebih kuat lagi. Melihat bahwa belum meratanya kesejahteraan ekonomi masyarakat serta kekhawatiran pemerintah akan eksploitasi hutan di Indonesia, Pemerintah mengalokasikan lahan seluas 12,7 Ha untuk dikelola masyarakat yang tinggal di dalam dan sekitar wilayah hutan. Mereka diberikan hak dan wewenang untuk mengelola kawasan hutan tersebut selama 35 tahun.
Hingga saat ini, Program Perhutanan Sosial telah berhasil memberikan akses kelola hutan kepada masyarakat seluas 2,5 juta Ha, bagi 592.438 Kepala Keluarga atau telah memberi manfaat kepada 2,4 juta jiwa masyarakat di dalam dan sekitar hutan.
Sementara itu, Izin Pemanfaatan Hutan Perhutanan Sosial (IPHPS) merupakan salah satu skema dari program Perhutanan Sosial yang khusus diterapkan di Pulau Jawa (Permen LHK No. 39 Th 2016). Hingga saat ini, akses kelola Hutan Sosial di Pulau Jawa telah mencapai sejumlah 221 Unit SK seluas 81.431,18 Ha. Dengan total keterlibatan masyarakat sebanyak 46.411 Kepala Keluarga.
Dari kelima jenis hutan sosial yang terus dikembangkan di Indonesia, hingga tahun 2018 telah terbentuk 5.245 Kelompok Usaha Hutan Sosial (KUPS) yang terdiri dari Usaha Ekowisata, Usaha HHBK, Usaha Jasa Lingkungan dan lainnya. Pengembangan usaha hutan sosial ditempuh melalui pembiayaan sistem keuangan inklusi yang melibatkan Bank (KUR), BLU, Lembaga Keuangan lain dan melalui kemitraan usaha dengan pola clastering.
Sementara itu, masyarakat atau setiap Kepala Keluarga yang diberikan hak akses untuk mengelola lahan negara diberikan kebebasan untuk memilih skema dan pendekatan pengelolaan serta pengembangan lahannya seperti pendekatan landscape melalui pola Agroforestry (Wana Tani), Silvofishery (Wana Mina), Silvopasture (Wana Ternak).
Nah, bicara soal pendekatan landscape, pada akhir Januari 2019 lalu, salah satu lokasi IPHPS Silvofishery yang berlokasi di Desa Pantai Bakti, Muara Gembong berhasil memanen hasil tambaknya yaitu udang Vaname. Yuk, simak informasinya dibawah ini.
Baca juga :Â Sukseskan Program Nasional Perhutanan Sosial, Koran Tempo Pilih 9 Tokoh Hutan Sosial Untuk Lestarikan Hutan
Panen Raya Udang Vaname Siklus Kedua di lokasi Perhutanan Sosial Muara Gembong
Dan akhir bulan lalu saya sempat melihat beberapa rekan media mempublish soal panen raya udang Vaname di Muara Gembong. Ternyata Muara Gembong merupakan salah satu lokasi yang masuk kedalam program Perhutanan Sosial di Pulau Jawa yang dikelola dan dikembangkan oleh Kelompok Tani Mina Bakti yang dibentuk berdasarkan SK IPHPS No. 3767/MENLHK-PSKL/PKPS/PSL.0/7/2017. Lokasi tepatnya berada pada kawasan hutan produksi KPH Bogor, Perum Perhutani.
Lokasi IPHPS Muara Gembong dikembangkan sebagai lokasi Silvofishery dengan model tambak dan konservasi mangrove. Cara kerjanya yaitu tambak dikembangkan menggunakan design Silvofishery dengan pola komplangan, yang terdiri dari 60% untuk tambak bidudaya perikanan dan 40% untuk konservasi mangrove.
Lokasi IPHPS Muara Gembong untuk skema Silvofishery menggunakan lahan seluas 80,9 Ha yang dikelola dan dikembangkan oleh 38 Kepala Keluarga yang tergolong dalam Kelompok Tani Mina Bakti. Setiap 1 orang Petani atau Kepala Keluarga memiliki hak akses kelola Perhutanan Sosial seluas 2 Ha. Teknik optimalilsasi pemanfaatan lahan tambak dilakukan dengan cara membuat 2 kolam untuk budidaya seluas 8000 m2, masing-masing kolam yaitu 4000 m2. Dan, 1 kolam mangrove seluas 6000 m2, sedangkan sisa lahan digunakan untuk jalan, tanggul dan infrastruktur pendukung tambang seperti saung dan rumah genset.
Sejak Lokasi IPHPS Muara Gembong untuk budidaya udang dan mangrove dikembangkan, Kelompok Tani Mina Bakti telah memanen dua kali udang Vaname. Pertama yaitu panen percobaan yang dilaksanakan pada tanggal 22 Juli 2018 lalu. Pada panen percobaan IPHPS Muara Gembong menghasilkan 4,35 ton/Ha udang Vaname dengan harga Rp 73.000/Kg. Jika dihitung, pendapatan per hektar yaitu sekitar Rp 317. 550.000,-
Setelah panen bulan Juli, proses penebaran benih siklus kedua dilakukan pada 1 November 2018. Sesuai dengan perhitungan, udang Vaname siap dipanen setelah 90 hari. Dan panen kedua pun dilakukan pada akhir Januari 2019 kemarin. Terdapat 7 kolam budidaya diantaranya kolam 1A, 1B, 3A, 3B dan 5A yang ditebar sebanyak 198.628 bening udang. Kemudian kolam 2A ditebar sebanyak 138.176 benih dan 2B ditebar sebanyak 259.080 benih.
Baca juga : Tips Mendesain Rumah Anti Puting Beliung
Kesuksesan lokasi IPHPS Muara Gembong semoga bisa diikuti oleh yang lainnya. Dan, sebagai bagian dari masyarakat Indonesia, saya pribadi turut berbahagia dengan adanya program Perhutanan Sosial ini. Manfaat yang didapatkan berlipat ganda, baik bagi masyarakat maupun negara. Masyarakat jadi lebih mandiri, perekonomian mereka turut membaik dengan adanya pendapatan yang dihasilkan dari lahan yang ia kelola, masyarakat pun lebih produktif secara otomatis angka pengangguran pun turut berkurang. Manfaat lainnya lahan negara yang mungkin dulu tidak terawat dan justru menjadi objek eksploitasi pihak tak bertanggung jawab, kini dilindungi bahkan dirawat dengan sangat baik oleh anak-anak bangsa. Semoga program Perhutanan Sosial terus berkelanjutan. Siapa pun pemimpinnya, program ini menjadi amanat bersama yang harus disukseskan bersama.
18 Comments
Okti Li
Udang salah satu makanan kesukaan saya ih. Sayang karena tinggal di pelosok susah banget kalau mau beli udang. Kalau pun ada harus ke kota dan harganya cukup mahal.
Semoga setelah ada program ini budidaya udang semakin meluas termasuk ke daerah saya. Hehehe. Benar, siapapun pemimpinnya kalian programnya bagus dan bermanfaat tentunya kita dukung…
Laily
Alhamdulillah dengan adanya program Perhutanan Sosial ini, kesejahteraan masyarakat sekitar jadi meningkat. Semoga program ini terus berlanjut dan makin sukses.
Bunda Erysha (yenisovia.com)
Masya Allah luar biasa ya bun keberhasilan program hutan ini sampai memberikan akses kelola hutan kepada masyarakat seluas 2,5 juta Ha, bagi 592.438 Kepala Keluarga. Semoga bisa semakin meningkat lagi. Ngomongin soal udang aku penyuka udang, tapi belum pernah nyobain udang vadame ini. Jadi penasaran soalnya
natra rahmani salim
ci, aku salut dengan dengan program ini. baru tau ternyata banyak manfaat dari pemanfaatan hutan sosial bagi masyarakat daerah ya kalo dikelola dengan benar. termasuk besar juga ya lahannya di muara gembong ini.ngiler banget liat produksi udang vaname ini, sudha pernah cobain soalnya jenis udang ini. enak dan besar pula.
Bety Kristianto
Seneng deh baca berita kayak gini mba, karena dengan pengelolaan yang benar maka masyarakat sangat diuntungkan. Nggak cuma petani atau pengolah lahannya saja, konsumen pun pastinya sangat senang kalau ada hasil panen melimpah seoerti ini, dan semoga harganya juga bersahabat di kantong. Tanpa merugikan pengolah lahan, tentunya.
April Hamsa
Keren banget hutan mangrovenya terlindungi, yrus menghasilkan udang pula ya. Setuju banget manfaatnya berlipat ganda bisa meningkatkan perekonomian masyarakat di kawasan sana pastinya ya mbak? Duh jd pengen makan udang
April Hamsa
Keren banget hutan mangrovenya terlindungi, trus menghasilkan udang pula ya. Setuju banget manfaatnya berlipat ganda bisa meningkatkan perekonomian masyarakat di kawasan sana pastinya ya mbak? Duh jd pengen makan udang
Visya
Muaragembong ternyata menyimpan produksi udang yg melimpah. Duluuu kukira jabodetabek itu terbatas atau bagian ga ada sumber alam. ternyata kusalah
Wiwin Pratiwanggini
Aamiin…
Kalo jaman orba terkenal udang galah, kalo jaman milenial terkenalnya udang Vaname ya..
Ahhh… apapun namanya, saya suka menu-menu dari udang 😀
Fenni Bungsu
Panen raya udang, , daku suka makan udang apalagi kakak ipar daku suka buatnya di pakaikan tepung, jadi tambah mantul
Dian Restu Agustina
Alhamdulillah dengan adanya program Perhutanan Sosial banyak manfaat yang didapat. Perekonomian rakyat meningkat, lahan negara terawat. Semoga terus berkelanjutan ya.. DAn setuju sekali. Siapa pun pemimpinnya, program ini menjadi amanat bersama yang harus disukseskan bersama.
Cilya
Aku pernah ke Muara Gembong,jauh banget memang daro Bekaso masih pedalaman lagi. Tapi sebagian wilayah situ memang memiliki banyak usaha tani dan salah satunya tambak udang ini. Luar Biasa ya, Kelompok Tani Mina Bakti sudah merasakan Panen Raya Udang Vaname di bln Juli dan Nov 2018 kemarin dgn jarak 4 bln saja, berarti Maret 2019 ini panen lagi. Senang baca nya
Silvia Putri
Judulnya panjang banget. hahaha Tapi okaylah, saya suka isinya dan saya baru tahu loh kalau udang bisa dibudidayakan. Kirain langsung mancing ke laut.
Dwi Puspita
Program dari pemerintah juga cukup keren. Berbicara masalah hutan memang sudah tanggung jawab bersama untuk selalu menjaganya. Jujur artikel ini adalah pengetahuan baru bagi saya, terima kasih sudah sharing mengenai masalah ini
Suciarti Wahyuningtyas (Chichie)
Cakep amat itu foto golden hournya… Hahahahaa… ini malah ngomentarin golden hour. Tapi memang benar, dari beberapa tokoh masyarakat perhutanan juga bilang baru di zaman presiden Joko Widodo ini mereka diperhatikan ya kak.
Keke Naima
Kayaknya kalau saya ada di sana bakalan gemes, ya. Udha kan rasanya enak banget. Apalagi kalau masih segar gitu
Irra
Wahhh seneng banget tuh manen udang Vename. Hehe. Dengan adanya program seperti ini masyarakat jadi bisa merasakan manfaatnya secara langsung ya. Pemerataan ekonomipun bisa terjadi.
Faradila Putri
Wah panen udangnya udah siklus kedua aja. Semoga makin lama, semakin produktif yaa 🙂 Biar bisa membawa manfaat untuk masyarakat sekitar.