E-Learning Interaktif Sampahku Tanggung Jawabku
Kita mengalami kondisi yang sangat sulit di masa pandemi ini. Terutama dalam hal pendidikan dimana semua kegiatan belajar mengajar dilakukan secara online atau PJJ. PJJ bukan sebuah kebijakan melainkan pilihan yang harus diambil untuk mengurangi learning lost.
Selama PJJ banyak tantangan yang ditemui, baik daring maupun luring seperti tidak semua siswa memiliki perangkat digital, terbatasnya jaringan, kemampuan membeli kuota tidak merata dan terbatasanya kemampuan orang tua dan guru dalam membantu anak-anak selama PJJ, minimnya referensi sumber pengetahuan.
Sementara yang luring juga terbatas waktu untuk mengunjungi siswa door to door, jumlah guru terbatas daripada murid, kondisi belajar anak-anak kurang kondusif, orang tua meminimalisir pertemuan karena khawatir tertular Covid-19.
Salah satu solusi yang sudah dilakukan pemerintah yaitu subsidi pemberian kuota namun ternyata tidak begitu efektif karena kendalanya tidak semua siswa memiliki media digital. Lalu pemerintah juga gencar menyediakan materi pembelajran dari berbagai media seperti lewat radio, TVRI dan lainnya. Dan Kemendikbud juga kemudian membuat kurikulum untuk menopang kegiatan belajar selama pandemic ini.
Selain itu untuk optimalisasi kegiatan PJJ ini, pemerintah juga melakukan kerjasama. Salah satunya yaitu dengan AQUA, Danone Indonesia. Ada kekhawatiran dimana jika PJJ dilakukan dalam waktu panjang, akan terjadi learning lost terutama siswa yang berada di desa. Pendidikan karakter juga menjadi tidak optimal karena berkurangnya komunikasi intensif antara siswa dan guru.
Maret lalu, Pemerintah mengeluarkan kebijakan untuk segera melakukan opsi tatap muka setelah semua guru melakukan vaksin. Namun yang perlu diketahui, orang tua berperan penting dalam mengambil keputusan apakah anak boleh dan mampu melakukan tatap muka atau tidak sehingga sifatnya tidak wajib. Sementara untuk pihak sekolah sifatnya wajib beroperasional secara tatap muka.
Najeela Shibab, founder of Sekolah.mu mengatakan, selalu ada hikmah dibalik pandemi yang membawa kebiasaan baru dalam dunia Pendidikan yaitu penggunaan teknologi digital. Namun ibu Najeela menegaskan, PJJ ini tidak hanya terletak pada teknologinya saja namun kita harus juga mempelajari pedagogi baru, rencana dan penyampaian bahan ajar yang dapat tersempaikan tepat sasaran.
Belakangan sudah banyak orang dewasa yang mulai peduli dengan lingkungan. Seperti mulai bercocok tanam di rumah, bijak berplastik dan lainnya. Tentunya harapannya, ngga cuma orang dewasa saja tapi juga sudah mulai ditularkan kepada anak-anak.
Oleh sebab itu, AQUA sesuai dengan komitmennya yaitu di tahun 2025 ada 5 juta anak Indonesia yang akan mendapatkan edukasi tentang sampah. Hari ini, AQUA berkolaborasi dengan Sekolah.mu meluncurkan program belajar sampahku tanggung jawabku dalam platform digital.
Modul sampahku tanggung jawabku secara digital yaitu berisi tentang pengelolaan sampah dan cara melalui penjelasan tentang sampah, siapa yang emnghasilakn sampah, jenis sampah apa saja dan kemana sih sampah pergi serta apa dampaknya untuk lingkungan dan manusia.
Tujuannya setelah anak-anak memahami, harapannya anak-anak akan diajak untuk pemilahan sampah dan program lainnya sepei 3R.
Sasarannya yaitu untuk anak-anak PAUD dan kategori SD. Ada sedikit perbedaan dalam kegiatan namun alurnya tetap sama. Program ini sangat menarik dan kreatif banget karena modulnya sudah dikembangkan dengan interaktif lewat aktivitas, praktek mandiri, bernyanyi hingga panel diskusi antar pengguna. Jadi anak-anak bisa saling berbagi dengan satu dan yang lainnya. Sejauh ini, program ini mendapatkan sambutan yang baik daripihak sekolah diantaranya yaitu ada 153 sekolah PAUD dan 125 sekolah SD yang sudah mengakses.
Bicara soal metode, PJJ ini terasa sangat jauh padahal PJJ jika dilakukan dengan pendekatan yang komprehensif sehingga terasa lebih dekat dan lekat. Kesempatan untuk eksplorasi dan mendapatkan pengalaman baru semakin terbuka luas yang sebelumnya mungkin tidak bisa didapatkan secara tatap muka. Yang ditekankan pada program ini yaitu berkarya. Yang awalnya merdeka belajar, sekarang merdeka berkarya.
Program belajar smapahku tanggung jawabku, program ini disebarkan luar biasa oleh pengguna, oleh orang tua dan murid. Mereka merasa sangat bermanfaat dan menyebarkan atas inisiatif sendiri. Tentu saja jika dilihat dari apa yang dilakukan pengguna, program ini sangat bermanfaat. Dan program ini gratis bisa diikuti oleh semua murid, semua guru dan semua orang tua.
Tentu saja, dibutuhkan kolaborasi dari berbagai pihak terutama guru dan orangtua. Ketika anak diedukasi di sekolah soal lingkungan, orang tua di rumah juga perlu mengedukasi. Jangan sampai rumah tidak mencerminkan kehidupan yang bersih dan sehat.