4 Mitos Menyusui Yang Keliru Yang Wajib Ibu Ketahui
Saat hamil dulu, banyak ketakutan yang saya alami terutama berkaitan dengan mitos-mitos yang beredar di masyarakat. Tidak sedikit teman sekantor yang juga turut memengaruhi kondisi psikologis saya menjelang persalinan. Setiap wanita cenderung menakuti perubahaan fisik saat hamil dan melahirkan baik itu secara fungsi maupun penampilan. Saya pun begitu, mulai dari takut gendut, takut bengkak, segalanya serba takut padahal jika sudah dijalani sih semuanya berjalan seperti biasa dan normal-normal saja.
Bicara soal persalinan dan si kecil erat kaitannya dengan menyusui dan banyak sekali informasi diluaran yang keliru tentang menyusui ini. Mulai dari pemberian ASI,anggapan ASI basi, hingga perubahan fisik yang akan kita alami dengan menyusui bayi secara langsung. 4 mitos menyusui yang banyak dipercaya masyarakat ini patut diketahui oleh Moms agar tidak salah langkah. Apa saja mitos tersebut? Yuk, kita simak informasinya dibawah ini:
1. PAYUDARA AKAN KENDUR JIKA MENYUSUI
Kasus nyata, ada rekan saya yang sama sekali tidak ingin menyusui karena mitos ini. Ia lebih memilih memberikan sufor pada bayi sejak hari pertama dilahirkan hingga saat ini anaknya berusia 3 tahun hanya karena takut akan perubahan bentuk payudaranya. Faktanya, payudara terlihat kendur setelah menyusui karena kita membandingkan kondisi saat hamil dan setelah menyusui. Jelas terlihat perbedaannya, namun penyebabnya yaitu hormone pembentuk ASI yang banyak terkandung sehingga payudara terlihat lebih penuh dan berisi saat hamil dibandingkan pada saat setelah menyusui. Sebenarnya yang terjadi adalah payudara akan kembali keukuran semula.
2. PAYUDARA YANG KECIL SEDIKIT MEMPRODUKSI ASI
Saya sempat ditakuti dengan mitos ini, sampai akhirnya saya patahkan sendiri. saya termasuk wanita dengan tubuh yang skinny enough sama halnya dengan ukuran payudara yang kecil. Meskipun ukuran payudara kecil namun saya bersyukur ASI tetap melimpah bahkan dapat men-stok ASI banyak untuk si kecil. Banyak tidaknya ASI ditentukan oleh kelenjar pembentuk ASI bukan berdasakan ukuran besar kecilnya payudara.
3. DILARANG MENYUSUI SAAT SAKIT
Sebelum hamil saya sempat menderita sakit tertentu sehingga saat melahirkan saya pun harus menunda menyusui sampai menunggu hasil lab keluar dan dinyatakan boleh dan aman untuk menyusui. Untuk beberapa penyakit yang diderita seorang ibu memang tidak diperkenankan menyusui namun jika sakitnya hanya batuk dan flu, dokter menyatakan bahwa masih boleh menyusui. Untuk mencegah penularannya pada sikecil, kita dapat memakai masker saat menyusui atau kontak langsung dengan si kecil. Nah, untuk obat-obatan yang dapat dikonsumsi ibu menyusui pun ada beberapa pendapat di kalangan dokter, ada dokter yang tetap mengizinkan ibu menyusui boleh mengonsumsi obat sepertibiasa, ada juga yang mengizinkan namun dengan dosis rendah.
4. ASI TIDAK CUKUP MEMENUHI ANAK DENGAN NAFSU MAKAN TINGGI
Hingga saat ini anak saya masih melanjutkan mengASIhi puteri kecil saya dan semoga tetap istiqomah hingga usianya 2 tahun. Anak saya termasuk anak yang kuat menyusu, cukup sering dan lama saat menyusu langsung (direct breast feeding) sekitar 6-8 bags ukuran 120 ml per hari. Selama menjalani program ASI Ekskulisf alhamdulilah tetap patuh dan taat untuk tidak memberikan makanan atau minuman selain ASI. Saya meyakini prinsip, semakin sering kita mengosongkan ASI pada payudara makan produksinya akan semakin banyak dan itu yang saya rasakan sendiri manfaatnya. Tanpa mengonsumsi ASI Booster sama sekali, makan yang dikonsumsi pun standar, sama seperti biasanya dan tidak melebihi porsi harian.