Menekan Kenakalan Remaja Dari Sudut Pandang Orangtua Dan Keluarga
Sudah lama ingin mencurahkan isi hati tentang ini namun beberapa kali saya urungkan karena menghindari ketersinggungan beberapa pihak. Namun, kali ini saya coba memberanikan diri, bukan untuk menghakimi atau mengguri, hanya berbagi kepada semua remaja dan anak-anak muda bahwa masa muda mu sungguh sangat berharga untuk sekedar disia-siakan.
Kenakalan itu tidak bisa dipandang dari mana ia berasal, dulu orangtua cenderung mengkelaskan anak-anak bahwa anak kota umumnya lebih nakal daripada anak daerah yang masih polos dan lugu. Namun saat ini saya berani berkata bahwa kenakalan remaja ada dimana-mana, di kota besar, di desa bahkan daerah terpencil sekalipun.
Sengaja atau tidak sengaja, saya sering menemukan anak-anak remaja yang perilakunya tidak sedap dipandang mata. Saya sering bertanya pada diri sendiri, kira-kira apa yang mereka pikirkan, atau siapa yang harus bertanggung jawab atas kenakalan anak-anak ini? Kemana orangtuanya? Kemana gurunya? Kok bisa anak-anak ini menjadi tidak terkontrol perilakunya.
Kita mungkin sering mendengar bahwa masa remaja adalah masa pencarian jati diri, sehingga memicu anak-anak ini mencoba hal-hal baru. Salahnya, percobaan yang mereka pilih ini justru yang keliru dan merugikan diri serta masa depannya. Sehingga perlu sekali adanya aturan yang ketat dari orangtua dan sekolah untuk turut menekan angka kenakalan remaja yang setiap tahun semakin meningkat.
Remaja bukan lagi anak-anak yang masih mengutamakan keasyikan nya terhadap satu pilihan hidup. Meskipun masih labil, mereka sudah seharusnya dapat berpikir lebih maju dari anak-anak dibawah usianya. Orangtua sudah seharusnya bertanggung jawab atas pendidikan moral anak dan penerapan tersebut sebaiknya sudah ditempuh sejak mereka masih kecil, bukan justru pada saat remaja.
Sekolah juga turut berperan penting dalam menekan angka kenakalan remaja. Guru dan perangkat sekolah lainnya harus memiliki rasa tanggung jawab yang besar atas amanah yang dititipkan para orangtua kepada sekolah, untuk mengajarkan dan mendidik anak-anak di lingkungan sekolah. Mendidik dengan peraturan sekolah yang jelas dan tegas, mulai dari jam pelajaran, sopan santun dalam berseragam, berucap serta berperilaku, menanamkan nilai-nilai keagamaan serta turut memberikan program untuk mengasah kemandirian dan kreatifitas siswa seperti kegiatan ekstra kulikuler.
Jika keduanya dapat berjalan dengan seimbang, saya yakin angka kenakalan remaja akan semakin berkurang. Awalnya anak-anak pasti merasa takut dan tertekan dengan peraturan yang ketat dari orangtua dan sekolah, namun kemudian mereka akan terbiasa dengan sendirinya.
1. KETAHUI RUANG LINGKUP PERGAULAN ANAK
Sebagai orangtua, penting sekali untuk mengetahui perkembangan anak-anaknya, mulai dari ruang lingkup pergaulannya, mengetahui siapa teman-temannya, mengetahui kegiatan yang ia ikuti di sekolah dan di luar sekolah serta kondisi psikologisnya agar terjalin komunikasi dua arah yang baik dan tidak memojokan salah satu pihak. Mengetahui ruang lingkup pergaulan anak tidak hanya berfungsi untuk mengawasi mereka namun juga melindungi anak dari kejahatan dan kriminalitas.
2. ARAHKAN TONTONAN ANAK
Remaja cenderung mencari seorang idola yang akan ia tiru gerak-geriknya. Beberapa dari mereka mengidolakan artis atau tokoh terkenal lainnya. Sebagian ada yang mengikuti langkah sukses idolanya tersebut, namun sebagian besar lagi justru hanya mengikuti gaya atau style nya saja sehingga muncul banyak ide untuk membuat tubuhnya jadi beginilah, wajahnya begitulah, gaya bicaranya, belum lagi fashion style yang cenderung melenceng dari adat ketimuran. Pengaruh sinetron drama cinta dan air mata yang mengambil latar anak sekolah banyak dipertontonkan pada saat prime time juga turut mempengaruhi karakter remaja. Berikan tontonan edukasi untuk anak di rumah, tidak harus melulu tontonan tentang pelajaran sekolah, film animasi atau kids movie juga bisa dipilih sebagai alternative hiburan anak di rumah. Selain menghibur juga dapat menginspirasi mereka.
3. DISIPLIN WAKTU
Semakin banyak waktu luang yang dimiliki remaja, maka semakin besar peluang mereka melakukan hal-hal negative. Bantu mereka mengisi kesehariannya dengan aktifitas yang mereka sukai, bisa dengan mengarahkan anak mengikuti club olahraga yang ia sukai, mengikuti les music, kursus atau les bahasa atau keterampilan lain, komunitas yang jelas, atau ekstra kulikuler di sekolah. Tentu saja tanpa paksaan, berikan aktifitas yang mereka sukai berdasarkan hobi dan kegemarannya. Ada beberapa remaja yang tidak nyaman beraktifitas diluar rumah, mereka lebih menyukai seharian di rumah atauy di kamar. Perilaku seperti ini tidak menjadi jaminan si anak terhindar dari kenakalan remaja, kita harus sadari bahwa ada cyber criminal yang dapat menghampiri kapan pun dan dimana pun. Ajak anak melakukan aktifitas yang bermanfaat bersama orangtua atau anggota keluarga yang lain di rumah, seperti membuat handy-craft bersama. Inilah pentingnya terus belajar bagi orangtua. You can’t stop learning even you have been grow old karena ada anak-anak yang menantikan peran orangtua.
4. JADILAH SAHABAT TERDEKAT ANAK
Awal dari kenakalan remaja bisa dari hal sepele seperti obrolan bersama teman atau lawan jenis. Anak yang sedang memiliki masalah, dirundung kebingungan atau bosan kemudian mencari lawan bicara yang asik untuk diajak sharing. Jika orangtua tidak bisa menjadi pendengar yang baik atau orangtua yang selalu menghakimi perilaku anak, maka ia akan mencari diluar, orang yang mau menerima keluh kesahnya. Meskipun tidak mendapat solusi dari temannya, tapi ia menemukan suasana baru yang lebih asik, enjoy dan tidak akan dihakimi sehingga membuatnya semakin betah dan dekat dengan orang baru namun semakin jauh dengan keluarga karena merasa selalu disalahkan apapun kondisinya. Itulah kenapa orangtua harus menjaga bonding dengan anak-anaknya, menjalin komunikasi yang baik serta memfasilitasi semua anak dengan kehadirannya sehingga orangtua menjadi satu-satunya pilihan anak untuk kembali pulang, bercerita, dan mencari solusi.
2 Comments
Tira Soekardi
makasih sharingnya
Pingback: