Manfaat Serat untuk Kesehatan Pencernaan Anak
Tau kah Ibu manfaat Serat untuk kesehatan pencernaan anak? Sebagai orangtua, saya sangat concern dengan kesehatan Nafeesa. Selain batuk dan pilek, masalah kesehatan yang sering kali menggangu yaitu pada pencernaannya. Kelihatannya sih sepele ya, cuma “susah buang air besar” doang misalnya, tapi jangan salah ya Buk, kita ngga tau apa yang terjadi didalam pencernaan anak sehingga menyebabkan ia sulit BAB.
Siang tadi (4/3) saya diajak ngobrol seru tentang “Peran Serat untuk Dukung Kesehatan Pencernaan Anak” bersama Bebelac dan Danone Indonesia yang menghadirkan Prof. dr. Badriul Hegar, Ph.D, Sp.A (K), peneliti di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dan dokter spesialis anak konsultan Gastrohepatologi.
.
Peran Serat untuk Dukung Kesehatan Pencernaan Anak
Pernah ngga sih kita memperhatikan pola buang air besar anak? Mungkin sedikit dari orangtua yang melakukan obervasi pada pola buang air besar anak. Bahkan, baru dilakukan saat anak-anak mengalami masalah saluran pencernaan seperti diare dan konstipasi atau susah buang air besar.
Prof. Hegar sebagai narasumber sekaligus dokter spesialis anak konsultan Gastrohepatologi memaparkan hasil penelitian yang dilakukannya pada anak berusia 1-3 tahun tentang korelasi serat dengan kesehatan saluran pencernaan anak.
Beliau menyatakan, 2% bayi ASI Eksklusif mengalami pola defekasi 1 kali per minggu. Bisa dikatakan, bayi ASI Eksklusif akan mudah buang air besar dengan tekstur cair (8-10 kali) dan hal tersebut normal sebab bayi baru lahir belum cukup memiliki enzim lactase sehingga harus memecah laktosa dalam ASI menjadi glukosa. Meski begitu, ada juga bayi ASI Eksklusif yang BAB-nya seminggu sekali dengan tekstur lunak, dan kondisi ini juga masih termasuk normal.
Data menyebutkan, 18% bayi mengalami gangguan konstipasi fungsional atau functional constipation. Lalu apa indikator yang bisa menyimpulkan kondisi anak mengalami konstipasi?
.
Gejala Anak Mengalami Gangguan Konstipasi Fungsional
Dari pemaparan sebelumnya ada perilaku yang berbeda antara bayi satu dan lainnya. Sehingga kita harus mengetahui apa sih konstipasi itu sebenarnya supaya tidak salah treatment pada anak.
Konstipasi atau sulit buang air besar atau sembelit memang bukan suatu penyakit melainkan gejala klinis adanya gangguan pada saluran cerna. Menurut Prof. Hegar, ada konstipasi structural, ada juga konstipasi fungsional. Dan kebanyakan orangtua pasien yang datang berkonsultasi akibat konstipasi fungsional.
Berikut ini gejala dan ciri-ciri si kecil mengalami gangguan konstipasi fungsional, diantaranya:
- Defekasi < 2 kali per minggu.
- Tinja dengan diameter besar.
- Retensi tinja berlebihan.
- Mengejan yang sangat sakit.
- Massa tinja yang besar pada rectum.
Sementara pada anak yang sudah terlatih ke toilet, menunjukan gejala seperti:
- Minimal 1 episode kecirit per minggu.
- Riwayat tinja dengan diameter besar hingga menyumbat toilet.
Jika si kecil menunjukan minimal 2 gejala diatas artinya ia mengalami gangguan konstipasi fungsional. Orangtua harus segera intervensi untuk mencari solusi, jika tidak anak bisa mengalami trauma saat buang air besar akibat rasa sakit dan tidak nyaman saat BAB.
Contoh: Anak saya BAB tiap hari tapi keras, tidak masuk kriteria konstipasi. BAB 5 hari sekali tapi lunak, tidak masuk kriteria konstipasi.
Gaya hidup bisa menyebabkan perbedaan defekasi pada seorang anak dengan yang lainnya. Ada fase transisi ketika anak mengalami gangguan konstipasi fungsional. Kita bisa menggunakan Bristol Stool Score untuk melakukan observasi.
.
Solusi atau Pendekatan Saat Anak Mengalami Konstipasi Fungsional
Jika si kecil mengalami konstipasi, pendekatan yang bisa dilakukan oleh orangtua dan ahli kesehatan seperti:
- Catatan harian (diary) yang berisi informasi perilaku perubahan BAB anak serta asupan makanan yang dikonsumsi setiap hari.
- Toilet training
- Dietary advice seperti memberikan asupan serat, Kalsium, Casein dan lainnya.
- Fluid
- Obat-obatan seperti lactulose, PEG, picosulphate, microlax, dan lainnya.
.
Apa yang Terjadi Pada Serat Dalam Usus Besar
Sebagian besar yang masuk dalam usus besar yaitu sisa makanan yang tidak dapat dicerna dan air. Nah, inilah tugas utama usus besar yaitu untuk menyerap air dan mineral dari sisa makanan tersebut dengan bantuan serat yang kita konsumsi. Kemudian akan difermentasi oleh bakteri baik dalam usus besar sehingga membuat teksturnya lebih padat dan membentuk tinja. Akibatnya tekanan didalam usus besar meningkat. Akhirnya menarik cairan dan mendorong tinja menujurektum hingga dikeluarkan anus.
.
Kebutuhan Serat Harian Anak
Data Riskesdas menunjunkan 9 dari 10 anak Indonesia mengalami kekurangan serat dan rata-rata hanya mengonsumsi rata-rata 4,6 gram serat per hari. Sementara kebutuhan harian serat anak suai 1-3 tahun yaitu 16 gram, setengahnya pun ngga ya. Jelas, angka tersebut masih jauh dibawah angka kecukupan gizi (AKG) tahun 2013.
Pasangan muda selebritis, Tara Budiman dan Gya Sadiqah juga menceritakan pengalaman konstipasi yang dialami anaknya. Bahkan, ternyata meskipun mereka sudah memberikan sumber serat pada menu harian Kalea -putrinya- masih belum memenuhi kebutuhan serat harian yang dianjurkan.
Melihat hal tersebut, Danone Specialized Nutrition Indonesia meluncurkan fitur Fiber O Meter di kanal Bebeclub untuk mengukur angka kecukupan serat harian anak. Fiber O Meter dapat diakses oleh siapa saja termasuk kita orangtua muda untuk membantu mengukur setiap menu makanan yang akan disajikan. Caranya pun sangat mudah. Ibu tinggal masukan menu pada form yang tersedia seperti sayur, buah snack time dan lainnya. Jika sudah selesai, Fiber O Meter akan membantu menghitung dan menyajikan angka total serat yang dikonsumsi.
.
Kesimpulan
Kita pasti sering banget mendengar tentang serat yang baik untuk Kesehatan saluran pencernaan. Baik melalui iklan di TV maupun artikel Kesehatan yang dibaca. Namun, seringkali tidak menghiraukan karena belum tau dampaknya.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Prof. Hegar pada anak berusia 1-3 tahun yang mengalami konstipasi. Proses penelitian selama 8 minggu dengan pendekatan mencukupi asupan serat harian anak. Dan, terbukti adanya perubahan perilaku buang air besar pada anak tersebut.
Baca juga : Rekomendasi Air Pelarut Makanan untuk Anak
Meskipun bukan penyakit, namun konstipasi pada bayi dan balita sangat mengganggu hingga menimbulkan trauma. Tinja akan menumpuk dalam usus besar, semakin lama akan semakin banyak dan mengeras serta sulit dikeluarkan. Saat anak mengejan dan mengeluarkan dengan paksa, tinja keras dengan volume besar bisa merobek dan melukai anus sehingga menimbulkan rasa sakit dan perih. Hal ini lah yang biasanya menyebabkan anak trauma saat ingin buang air besar dan memilih untuk menahannya sehingga konstipasi ini terus berulang.
View this post on Instagram
One Comment
Pingback: