Kebiasaan Baru: Disiplin Protokol Kesehatan dengan 3M
Memasuki masa PSBB kedua terasa sangat berbeda. Pandemi terasa lebih nyata, korban positif semakin meningkat dan menyerang orang-orang terdekat. Saya tidak akan lupa bulan September 2020, dimana saya banyak mendapatkan kabar duka dari teman, tetangga dan kolega yang meninggal karena Covid19.
Suami yang masih aktif ngantor pun akhirnya harus menjalani rapid test karena rekan kerjanya ternyata positif. Jujur, saya ngga enak makan, ngga nyenyak tidur saat mendapatkan kabar tersebut. Takut, cemas, sedih, campur jadi satu.
Alhamdulilah, Allah melindungi keluarga kami, hasilnya non reaktif sementara temannya yang lain diketahui positif tertular juga. Jadi, memang ancaman pandemi ini bukan main-main.
Tak tinggal diam, Kementrian Kesehatan RI gencar mengedukasi masyarakat perihal protokol kesehatan yang wajib dilakukan masyarakat di tengah pandemi.
dr. Riskiyana S. Putra, M.Kes selaku Direktur Promosi Kesehatan menjelaskan, Coronavirus Disease-2019 (Covid-19) merupakan penyakit baru yang dapat menyebabkan adanya gangguan pernapasan dan radang paru. Penyakit ini disebabkan oleh infeksi Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-Cov-2)
Virus ini bisa menyebar melalui droplet atau tetesan cairan yang berasal dari batuk atau bersin. Adanya kontak pribadi seperti menyentuh dan berjabat tangan serta menyentuh benda atau permukaan yang dihinggapi droplet kemudian menyentuh mulut, hidung dan mata bisa mempercepat penyebarannya.
Gejala klinis yang muncul pada korban yang tertular yakni adanya demam lebih dari 37.3 derajat Celcius, batuk, pilek, gangguan sesak napas, sakit tenggorokan, merasa letih dan lesu. Gejala ini umum terjadi pada pasien flu namun belakangan diinformasikan berdasarkan temuan dilapangan bahwa gejala lainnya yaitu hilangnya indera penciuman bahkan ada beberapa yang mati rasa.
Faktor Pendorong Transmisi
Oleh sebab itu, pemerintah terus menghimbau masyarakat untuk di rumah saja serta meminimalisir kontak dengan orang luar. Boleh keluar rumah jika ada keperluan mendesak, itu pun tetap harus patuh protocol kesehatan.
Kita tau ya, umlah populasi di Indonesia sangat padat yaitu sekitar 168 juta di tahun 2020. Sementara kesadaran menjaga kebersihan seperti mencuci tangan dan menutup mulit saat bersin dan batuk masih rendah di masyarakat. Hal ini tentu saja memicu penyebaran virus semakin masiv.
Faktor berikutnya yakni melakukan perjalanan baik ke luar maupun di dalam negeri. Kita tidak tau apa yang menempel pada benda yang kita bawa hingga menyebarkan kepada orang lain. Apalagi jika melihat fakta bahwa jumlah ISPA berat juga masih tingi di enam Rumah Sakit Sentinel serta padatnya populasi yang ditinggal di wilayah urban seperti Jakarta.
Kondisi diatas diperberat dengan kondisi psikis yang kurang baik seperti adanya rasa cemas dan takut berlebihan, tidak percaya adanya Covid-19, mudah percaya rumor dan hoax dan faktor lainnya.
Disiplin Kebiasaan Baru dengan 3M
Mulai dari pemerintah dan ahli kesehatan kini mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk terbiasa dengan kebiasaan baru yaitu 3M, Mencuci tangan dan menggunakan handsanitizer, Memakai masker dan Menjaga Jarak.
Kenapa harus mencuci tangan?
Mencuci tangan yang dianjurkan yaitu menggunakan sabun selama 20 detik dengan step yang benar dan menyeluruh ruas-ruas jari dan kuku. Pak Direktur menjelaskan, Covid-19 ini termasuk virus yang cukup rentan, sebetulnya jika dicuci dengan sabun biasa saja mereka bisa mati. Sayangnya, masyarakat kita nih yang belum terbiasa mencuci tangan.
Bahkan menurut hasil survey BPS tahun 2020 menunjukan bahwa perempuan lebih rajin mencuci tangan dibandingkan laki-laki. Hayoo, susah amat dah cuci tangan doang!
.
Kenapa harus memakai masker?
Awal munculnya pandemi, masker hanya dipergunakan oleh orang yang terjangkit virus. Namun kemudian muncul himbaun untuk memakai masker hingga masker menjadi langka dan harganya selangit. Lalu orang-orang berinisiatif membuat masker kain, dengan biaya produksi murah dan waktu yang cepat akhirnya masker scuba jadi ngetrend.
Namun, bulan September Pemerintah kembali mengumumkan jenis masker yang dianjurkan yaitu masker 3 lapis dan melarang pemakaian masker scubba satu lapis. Mengingat droplet itu ukurannya sangat kecil masih mampu menyerap kedalam lapisan masker satu lapis. Sehingga memungkinkan penyebarannya semakin banyak. Oleh sebab itu, masker 3 layer lebih dianjurkan untuk digunakan saat ini.
.
Fenomena Anti-Masker
Jujur sebelum adanya pandemi, saya termasuk orang yang ngga PD pakai masker karena sering jadi pusat perhatian orang -orang diluar sana. Berasa paling aneh. Padahal menurut saya, masker ini bisa melindungi kita dari orang yang suka batuk atau bersin sembarangan. Atau melindungi wajah dari polusi saat bepergian. Jadi saya happy banget kalau sekarang justru semua orang pakai masker.
Sayangnya masih ada aja orang-orang anti masker. Ternyata orang-orang yang menolak sesuatu yang baik dengan alasan mementingkan egonya sendiri tuh memiliki masalah loh sama kejiwaannya.
Termasuk ajakan memakai masker ini. Udah tau kan manfaatnya untuk kebaikan bersama, diri kita sendiri dan orang lain terus ditolak karena alasan pengap? Bukan Cuma situ doang yang pengap pakai masker, semua orang juga merasakan hal yang sama lho.
Dr. Rose Mini A.P., M.Psi atau akrab dipanggil bunda Romi menjelaskan, adanya penyebab seseorang belum bisa menerapkan kebiasaan baru baik secara internal maupun eksternal.
Ini yang menarik, bunda Romi menyebutkan salah-satu penyebabnya yaitu karena adanya moral virtue, diantaranya:
- Empaty, kemampuan memahami perasaan orang lain.
- Hati Nurani, suara hati yang menyuarakan mana yang benar dan salah.
- Control diri, kemampuan mengendalikan dorongan dan berpikir sebelum bertindak.
- Menghargai, kemauan memperlakukan dan menganggap orang lain berharga.
- Kebaikan, perhatian terhadap kesejahteraan orang lain.
- Tenggang rasa, penghargaan terhadap perbedaan kualitas tiap individu.
- Keadilan, kemauan memperlakukan orang lain secara layak, adil dan tidak memihak.
Jadi, ketika kamu bertemu dengan orang yang tidak memakai masker lalu kamu tidak nyaman dan takut tertular. Begitu juga orang lain, mereka juga takut, jangan-jangan kamu menyebarkan!
Meningkatkan kesadaran dan disiplin dalam diri
Setiap dari kita ada agent of change, mulailah dari diri sendiri. Pakai masker bukan karena takut dirazia tapi sebagai tanda bahwa kita menyayangi diri kita sendiri.
Mulai dari lingkungan terdekat seperti keluarga. Lihat suami apakah sudah benar memakai maskernya, tidak disimpan dibawah dagu atau digantung. Sudah benar kah jenis maskernya, masker 3 lapis dan wajib ganti setelah dipakai maksimal 3-4 jam.
Lalu tularkan kepada orang lain, tetangga, sodara, teman dan semua orang. Tidak melepas masker meskipun didalam ruang kerja karena kita tidak pernah tau kondisi orang lain.
Terimakasih Bloggercrony yang telah memfasilitasi saya dan teman-teman blogger untuk sama-sama peduli terhadap diri sendiri, keluarga dan orang lain, saling menjaga dan melindungi.