
Mengapa Usia Dini Adalah Masa Emas untuk Belajar?
“Nanti aja lah simulasinya, anaknya masih bayi kok!”
“Apaan sih kasih mainan kaya gini, nanti juga bisa sendiri!”
Familiar kah dengan dua kalimat diatas? Ternyata banyak lho ibu muda yang sering mendapatkan komentar demikian saat berupaya untuk memberikan kegiatan yang terbaik untuk anaknya sejak dini. Ini baru secuil kegundahan, belum lagi saat anak beranjak besar, kita semakin bingung memilih metode pembelajaran hingga alat apa yang bisa digunakan.
Tidak semua orang tua menyadari betapa pentingnya memilih metode belajar yang tepat di usia dini. Jujur saja, sebagai ibu kadang suka bingung mau memilih media belajar apa untuk anak usia 4–7 tahun. Di satu sisi, katanya ini adalah masa emas perkembangan otak anak. Tapi sisi lain, rasanya sayang kalau kesempatan stimulasi belajar yang optimal terlewat hanya karena ragu mencoba program baru. Takut anak tidak cocok, malas belajar, atau malah produk edukasinya tidak sreg di hati orang tua.
Minggu lalu saat saya mengisi webinar “Tips Mengajarkan Anak Semangat Belajar”, ada parents yang bertanya terkait penggunaan gadget untuk menunjang belajar anak, apakah aman atau tidak? Menarik sekali karena di era digital sekarang, kita tidak bisa menghindar dari penggunaan teknologi namun kita bisa memilih dan mengawasi dengan bijak. Mari kita bahas kaitannya golden period anak vs pembelajaran berbasis digital.
Usia Dini dan Teori Heckman Curve
Saya percaya sekali bahwa pendidikan pada anak usia dini adalah investasi termewah untuk masa depan. Mengapa? Sebab investasi dini membantu membangun berbagai keterampilan, mulai dari kognitif hingga sosial-emosional, yang menjadi fondasi untuk pengembangan keterampilan selanjutnya di masa depan. Hal ini juga selaras dengan teori Heckman Curve.
James Heckman, peraih Nobel Ekonomi, membuktikan lewat riset panjang bahwa investasi pendidikan terbaik justru dilakukan pada periode usia dini, bukan di SD, SMP, atau bahkan perguruan tinggi. Saya sangat setuju karena saya sering menemukan anak-anak usia SD yang bermasalah dengan akademik yang ternyata akarnya karena kurang stimulasi di usia 0-6 tahun.
Pada masa 0–6 tahun, kemampuan otak anak berkembang sangat pesat. Anak-anak yang mendapat stimulasi belajar berkualitas di usia ini, baik kognitif maupun keterampilan sosial-emosional, cenderung lebih sukses secara akademik dan kehidupan dewasa.
Teori Heckman menemukan bahwa pembentukan karakter seperti ketekunan, disiplin, dan motivasi sangat bergantung pada intervensi di masa golden age. Bahkan, pengembalian investasinya secara ekonomi bisa mencapai 7–13% per tahun — jauh di atas intervensi pendidikan usia dewasa. Jadi, pada periode ini, anak-anak lebih mudah menyerap informasi sehingga orang tua harus benar-benar selektif memilih cara dan media pembelajaran.
BACA JUGA : Ragu Berlangganan Aplikasi Edukasi Anak?
Menilik Keistimewaan Metode Pembelajaran Anak No.1 di Korea
Selain Montessori, saya pribadi sangat penasaran dengan sistem pendidikan anak Korea, yang katanya siswa-siswi Korea itu tuh rajin banget, serba terjadwal, kompetitif, dan hasilnya masuk ranking dunia. Dari beberapa buku yang saya baca, melihat di Youtube dan sharing dengan teman yang tinggal di Korea, ternyata salah satu rahasianya adalah teknik pengulangan, hafalan, praktik, dan metode visual yang sangat mendukung gaya belajar anak. Mereka juga menerapkan pendekatan mandiri dan penggunaan workbook berbasis kurikulum nasional yang bikin penguasaan materi jadi lebih tahan lama. Pembelajaran privat ala hagwon di Korea sudah biasa, bahkan dalam satu minggu siswa bisa belajar lebih dari 20 jam di kelas tambahan.
Sayangnya, di tempat tinggal saya belum ada Learning Center yang menggunakan metode pembelajaran dari Korea sehingga opsi yang saya pilih yaitu dengan mengadaptasi metodenya saja dan diterapkan pada pembelajaran di rumah secara online berbasis aplikasi. Dan, bulan lalu untuk pertama kalinya saya mencoba Wink Smart Learning yang saya temukan di Instagram.
Balik lagi pada pembahasan, apakah penggunaan gadget untuk belajar anak aman? Tentu saja aman dengan pengawasan dan pembatasan. Saya pribadi tetap menggunakan gadget namun dengan term and condition yang wajib dipenuhi bersama. Gadget bukan untuk pelarian anak saat bosan namun digunakan untuk belajar atau mencari informasi yang bermanfaat. Yang sering disalah pahami orang tua yaitu screen time artinya anak bebas akses gadget seperti scroll Tiktok dan Youtube. Padahal screentime bisa kita arahkan pada kegiatan yang jauh lebih berguna seperti belajar huruf dan angka, belajar bahasa asing misalnya.
Oya, untuk Buibuk yang sedang mencari metode belajar untuk anak usia dini coba deh cek akun Instagramnya Wink untuk mencoba trialnya. Selagi masih bisa karena kalau saya lihat disana sudah banyak yang menggunakan Wink juga ternyata. Kita ngga tau lho, tahun depan masih ada free trialnya atau tidak. Selagi masih bisa dan GRATIS, gass Buibuk!!! Jujur ya, untuk saya yang sering merancang pembelajaran anak usia dini, salut banget dengan susunan strategi pembelajarannya yang membuat mereka tetap nyaman dan tertarik untuk menyelesaikan setiap challenge pembelajarannya.
Nah, untuk Free trial selama 7 hari ini beneran tanpa biaya apapun, Buibuk hanya perlu mengisi form pada link yang ada di Bio mereka. Pihak Wink akan mengkurasi dan menghubungi untuk proses pengiriman. Selama 7 hari kita akan mencobanya di rumah dan setelah selesai akan dipick-up kembali. Gimana tertarik mau coba juga? Kalau masih ragu, boleh tanya kok, heee…
Untuk link Free trialnya langsung klik disini aja